Ia dan Anton pergi ke perkampungan terdekat untuk meminta izin kepada Pak Tomo (Rukman Herman) yang sedang merawat pria tua, Raden Mas Ngabei Arya Tejo (Doddy Sukma). Saat meminta izin, Pak Raden begitu ketakutan saat melihat sosok Ayu. Tapi, Ayu tetap diizinkan untuk menulis di rumah itu tanpa ditemani Anton
Ayu tinggal di rumah itu sambil diawasi oleh penjaga rumah bernama Pak Ardan (Soendjoto Adibroto).
Hari demi hari berlalu, Ayu mulai terganggu oleh suara bising dan hal menakutkan lainnya. Ketika ada sebuah peristiwa menimpa Ayu, muncul penampakan Sundel Bolong. Ayu menjadi penasaran dengan yang terjadi di lingkungan yang menyebabkan dua warganya meninggal. Pak Tomo yakin bahwa kejadian-kejadian itu adalah ulah Minati, sosok ibu yang terkena santet hingga meninggal.
Ayu tersadar bahwa perangai Minati alias Sundel Bolong tersebut sangat mirip dengan dirinya.
Cepat, Tidak Bertele-tele
Naskah “Suzzanna Malam Jumat Kliwon” ditulis Ferry Lesmana, Sunil Soraya dan Tumpal Tampubolon. Naskah bergulir cepat, padat dan tidak bertele-tele.
Film dibuka dengan memperlihatkan gambar-gambar film lama Suzzanna asli. Dan kemudian secara perlahan berubah ke wajah Luna Maya. Bagian intro ini terkesan artistik untuk sebuah film horor.
Dari segi penyajian film, tidak seutuhnya memperlihatkan film horror yang mengerikan, karena di sini juga diperlihatkan adegan drama percintaan, juga sisipan komedi yang memancing tawa. Terutama saat Suzzanna muncul menjadi setan dan memesan bakso.
Kalaupun ada sedikit kejanggalan, Guntur menjadikan “Suzzanna Malam Jumat Kliwon”, bukan sebagai setan melainkan sebagai zombie, yakni mahluk yang sudah mati, dihidupkan Kembali. Dan ketika mayat diangkat Surya (Achmad Megantara) untuk dihdupkan kembali, terkesan yang dibopong boneka yang terlalu letur, tidak mirip mayat yang kaku.
Dan ada ketidaklaziman lain yang dimunculkan adalah setan bisa terlihat di petang hari, tidak seperti kisah klasik setan yang selalu muncul di malam hari.