Menurut Kamila, film ini terinspirasi dari salah satu puisi terkenal karya Sapardi Djoko Damono berjudul ‘Hujan di Bulan Juni’. Hujan yang jatuh di musim yang tidak tepat.
“Saya membangun karakter Yuni sebagai seorang remaja yang dipaksa untuk dewasa tidak pada waktunya. Seorang remaja yang penuh mimpi, dengan media sosial saat ini yang menunjukkan dunia ada di genggamannya, tetapi yang harus dipikirkannya adalah menghadapi lamaran dan menikah. Saya mendengar begitu banyak cerita tentang gadis remaja yang punya potensi dan prestasi tapi harus gagal karena pernikahan, dan saya merasa perlu untuk membicarakan isu ini,” jelas Kamila.
Selain tayang perdana, “Yuni” juga akan berkompetisi di program Platform TIFF.
“Yuni“ adalah film ketiga Kamila Andini yang berkompetisi di TIFF setelah film pendeknya berjudul Sendiri Diana Sendiri (Following Diana) berkompetisi di program Short Cuts pada tahun 2015 dan film panjang keduanya yang berjudul Sekala Niskala (The Seen and Unseen) di program Platform pada tahun 2017.
Tahun lalu, program Platform menjadi salah satu program yang ditiadakan karena pandemi COVID-19 melanda Kanada.
Tahun ini, program Platform hanya memilih delapan film, yaitu “Arthur Rambo” (Laurent Cantet), “Drunken Birds” (Ivan Grbovic), “Earwig” (Lucile Hadžihalilović), “Huda’s Salon” (Hany Abu-Assad), “Good Madam” (Jenna Cato Bass), “Montana Story” (Scott McGehee dan David Siegel), “Silent Land” (Aga Woszczyńska), dan “Yuni”“(Kamila Andini).
Riz Ahmed, penyanyi rap dan aktor Inggris yang mendapat nominasi Oscar lewat filmnya Sound of Metal, didapuk sebagai ketua dewan juri.
“Saya selalu percaya bahwa keberagaman jenis film akan bertemu dengan penontonnya masing-masing, dan Toronto International Film Festival adalah sebuah platform yang tepat untuk film ini memulai perjalanan bertemu dengan penontonnya. Tapi, tentu saja penonton film di Indonesia sangat penting mengingat apa yang disuarakan di film ini sangat penting untuk disampaikan di Indonesia, terutama remaja. Jadi, bahwa film ini akan tayang di Indonesia, adalah sebuah keharusan,” kata Ifa Isfansyah.