“Spirituality, menghargai kebesaran Allah dengan makhluk-Nya yang perlu kita jaga kelestariannya. S yang kedua adalah serenity, dengan kesunyian, dengan ketenangan, dengan kearifan itu yang harus kita jaga, dan S yang terakhir sustainability, keberlanjutan lingkungan,” katanya.
Sandiaga mengungkapkan konsep 3S ini harus dihadirkan di Wisata Hiu Paus Botubarani. Tujuannya agar destinasi wisata ini tetap terjaga keasriannya.
“Komitmennya tadi saya sampaikan bahwa Teluk Tomini ini secara alami menjadi biota yang keberagamannya sangat luas. Jadi komitmen kita di pemerintah pusat dan daerah adalah pariwisata yang berkelanjutan lingkungan, oleh karena itu ini harus dijaga,” ungkap Sandiaga.
Konsep pariwisata berkelanjutan ini, lanjut Sandiaga, sesuai dengan pergeseran tren pariwisata dunia.
“Dengan terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20, (tren) pariwisata ini bergerak. Dari yang tadinya berbasis kuantitas menjadi berbasis kualitas,” jelasnya.
Sehingga, dengan adanya pergeseran ini, diharapkan lapangan kerja akan semakin terbuka bagi masyarakat Gorontalo, khususnya di Bone Bolango. “Kesejahteraan (masyarakat) akan semakin baik khususnya di Kabupaten Bone Bolango, dan di Botubarani,” ujar Sandiaga.
Bupati Bone Bolango Namai Hiu Paus Sandiaga Salahuddin Uno
Dalam kesempatan serupa, Bupati Bone Bolango, Hamim Pou menamai salah satu dari enam hiu paus yang mereka temui dengan nama Sandiaga Salahuddin Uno. Hamim mengatakan penamaan tersebut merupakan suatu tradisi di daerah ini.
“Satu dari enam ekor hiu paus yang muncul ini kami beri nama Sandiaga Salahuddin Uno dengan panjang enam meter,” ujar Hamim.
Menurutnya, hiu yang memiliki nama sama dengan Menparekraf Sandiaga ini merupakan salah satu ikan yang berukuran besar dibandingkan kawanannya yang lain.
“Ikan ini ukurannya 6,2 meter. Ini ukurannya cukup besar,” ucapnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Kadispar Provonsi Gorontalo, Rifli Katili; serta Kadisparekraf Bone Belango, Lukman A. Daud. XPOSEINDONESIA Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf