“Saya dan teman-teman pesan barongsai di sini karena kualitasnya bagus,” ujarnya.
Selain barongsai dan liong, ada pula tempat pembuatan Lilin yang biasa digunakan di vihara maupun perayaan Imlek.
Dialah Panggah Suryono sang pemilik pembuatan lilin yang ada di Kampung Ciletuh, Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Di mana, usaha miliknya telah ditekuni sejak 2001, bisa dibilang melalui tangan Panggah Sutisna inilah lilin imlek di Indonesia hadir melalui kreatifitasnya.
“Biasanya pelanggan dari sekitar Bogor. Kami juga mengirim ke Pulau Sumatera dan Kalimantan kalau ada pesanan,” ucapnya
Sayangnya, di tahun 2017 usaha yang dilakoni Panggah berbeda dengan Lili Hambali, di mana ekonomi kreatif milik nya harus menelan pil pahit.
“Harga CPO melonjak tinggi membuat kami kesulitan untuk membuat pasokan lilin, ditambah dengan kehadiran para pemain besar seperti industri besar membuat kami kewalahan,” ujarnya.
Belum Dapat Bantuan
Apa yang dilakoni Lili Hambali dan Panggah Suryono tidak disupport oleh pemerintah, bahkan mirisnya keduanya pun tidak memperoleh bantuan dari pemerintah.
“Bantuan dari Pemda belum ada, termasuk bantuan untuk UMKM. Untungnya, saya banyak teman. Jadi kalau kesulitan dana, saya pinjam dari mereka,” tutur Lili Hambali.
Senada dengan Lili, Panggah Suryono, pengrajin lilin mengaku belum pernah dapat bantuan usaha dari pemerintah maupun swasta.
“Sampai sekarang belum memperoleh bantuan usaha dari pemerintah dan bank. Untuk bisa bertahan, kami berjualan bakso, soto dan budidaya jahe,” katanya lagi.
Melihat hal itu, membuat MAPNUS, Organisasi yang didalamnya tergabung media asosiasi praktisi pariwisata nusantara (mapnus) melihat dengan cermat bahwa potensi tersebut harus muncul kepermukaan.
Sehingga, sentuhan pemerintah pun bisa dirasakan para umkm kecil yang selama ini berberan menumbuhkan ekonomi masyatakat sekitar.
Dengan berkolaborasi MAPNUS dengan BNI terkait dengan kendala yang dihadapi pengrajin barongsai, liong, dupa dan lilin di Bogor, BNI menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).