Sabtu, Oktober 18, 2025

DRI CONNECT Soroti Pentingnya Pemulihan Cedera Berbasis Sistem Saraf

Banyak orang mengira nyeri otot atau cedera yang tak kunjung sembuh disebabkan oleh lemahnya otot. Padahal, sumber masalah sering kali justru terletak pada sistem saraf. Hal ini menjadi sorotan utama dalam DRI CONNECT: Media & Community Day yang digelar oleh DRI Clinic di Bintaro pada Rabu (16/10), dengan menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain dr. Irca Ahyar, Sp.N., DFIDN, Dokter Spesialis Neurologi sekaligus Direktur DRI Clinic, serta Prof. Dr. Nofi Marlina Siregar, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Kerjasama DRI Clinic dan Universitas Negri Jakarta
Kerjasama DRI Clinic dan Universitas Negri Jakarta

Menurut dr. Irca, banyak kasus cedera yang tidak kunjung pulih karena terapi hanya berfokus pada otot tanpa menelusuri gangguan pada jalur saraf. “Pasien sering datang dengan keluhan yang sama meskipun sudah fisioterapi, stretching, atau istirahat cukup. Jika nyerinya terus berulang, itu tandanya sinyal sistem saraf belum pulih. Ototnya tidak salah, tapi sarafnya yang terganggu,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa memahami hubungan antara saraf dan otot adalah langkah pertama menuju pemulihan sejati. “Saraf adalah kabel utama tubuh kita. Kalau kabelnya terganggu, pesan dari otak ke otot tidak tersampaikan. Akibatnya otot terasa tegang, lemah, atau nyeri, padahal strukturnya baik-baik saja,” jelasnya. dr. Irca menambahkan bahwa tubuh sering memberi tanda peringatan dini melalui sinyal nyeri atau kebas yang berulang, namun sering kali diabaikan.

DRI Clinic sendiri merupakan pusat layanan medis multidisiplin yang berfokus pada penanganan menyeluruh masalah saraf. Berlokasi di kawasan Sudirman (Jakarta Pusat) dan Bintaro (BSD), klinik ini menggabungkan pendekatan neurologi, kedokteran olahraga, serta rehabilitasi fisik dan medik. Dengan dukungan tim dokter spesialis dan teknologi diagnostik modern, DRI Clinic berkomitmen memberikan solusi kesehatan yang tidak hanya mengobati gejala, tetapi juga mengatasi akar permasalahan secara holistik dan personal.

“Kalau terapi hanya fokus ke otot tanpa memperbaiki jalur sarafnya, hasilnya seperti menambal ban tanpa mencabut paku penyebabnya—akan bocor lagi,” tegas dr. Irca. Pendekatan DRI Clinic selalu bersifat personal dengan menilai komunikasi antara otak, saraf, dan otot. Dengan alat diagnostik modern, kemajuan terapi pasien dapat dipantau secara terukur. “Kami ingin pasien tahu apa yang sebenarnya terjadi di tubuh mereka. Dengan memahami asal nyerinya, pasien bisa lebih cepat pulih dan mampu mencegah cedera berulang,” tambahnya.

DRI CONNECT- Media & Community Day
DRI CONNECT- Media & Community Day

Pendekatan neurologis ini sejalan dengan pandangan Prof. Nofi Marlina Siregar yang menekankan pentingnya latihan bertahap dan konsisten. “Kebugaran bukan hanya tentang otot kuat, tapi sinergi antara saraf dan otot. Kalau salah satunya tidak siap, risiko cedera meningkat,” ujarnya. Untuk memperkuat integrasi antara teori dan praktik di bidang neurologi, kedokteran olahraga, dan rehabilitasi fisik, DRI Clinic menjalin kerja sama strategis dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan UNJ. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas penerapan pendekatan neuro recovery di dunia akademik dan praktis.

Acara DRI CONNECT juga menghadirkan sejumlah praktisi olahraga. Stenly Kusnin, Strategic Advisor Anytime Fitness, menekankan pentingnya kolaborasi antara pelatih dan tenaga medis. “Kalau klien pernah cedera, kami selalu minta surat rekomendasi dokter agar latihan bisa disesuaikan. Kalau rasa sakit muncul terus setelah latihan, berarti ada yang salah dan harus diperiksa,” ujarnya.

Sementara itu, Susilo Baskoro dari komunitas Bintaro Loop mengingatkan bahwa pesepeda sering mengabaikan tanda-tanda awal cedera. “Kalau tangan mulai sulit digerakkan atau leher terasa kaku, itu sinyal tubuh bahwa ada ketidakseimbangan yang perlu diperbaiki,” katanya.

Sport enthusiast Rima Melati Adams, pendiri @satutempatstudio, turut berbagi pengalaman pribadinya saat mengalami cedera lutut. “Olahraga itu perjalanan jangka panjang. Saya belajar mendengarkan tubuh, bukan memaksanya. Proses pemulihan juga bagian dari olahraga itu sendiri,” ujarnya.

dr. Irca menutup acara dengan pesan bahwa pemulihan sejati bukan sekadar proses fisik, melainkan juga kesadaran diri. “Tubuh selalu memberi tahu apa yang salah. Kalau kita mau mendengarkan dan menghargai proses pemulihan, tubuh akan berterima kasih dengan performa yang lebih baik dan bebas nyeri,” tutupnya.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.driclinic.id. XPOSEINDONESIA/IHSAN

Must Read

Related Articles