Secara keseluruhan, menurut Candra, bencana Pandemi Covid 19 ini mempercepat migrasi beberapa bidang, misalnya kegiatan Physical bermigrasi ke digital (digitalisasi) dan memancing kreativitas yang sama sekali baru yakni concert live streaming.
“Semakin banyak konser yang kini diselenggarakan secara live streaming, seperti “Konser 7 Ruang”, konser dari rumah untuk HORECA (hotel, restoran dan café), juga konser ala drive in yang baru diselenggarakan Agustus lalu. Konser live streaming itu bukan hanya dilihat oleh orang Indonesia, tapi juga bisa disimak dunia,” kata Candra.
Di luar semua itu, secara umum Candra melihat Pandemi ini juga memunculkan semangat kolaborasi dan gotong royong. “Kita bisa lihat berbagai penggalangan dana dibuat dan dikumpulkan lewat sejumlah platform seperti kitabisa.com, benih baik.com dan lain-lain!”
Keringanan Pajak Tontonan
Selain Candra Darusman, tampil pula beberapa narasumber, antara lain Harry Koko Santoso (promotor musik), Firman Bintang (Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dan Edi Irawan (Kepala Kelompok Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru Kemendikbud RI).
Harry Koko Santoso, promotor musik ternama, menyatakan, cukup senang melihat banyak konser streaming digelar di media sosial. Namun, ia melihat, tidak banyak musisi yang bisa melakukannya, sekaligus bisa mendapatkan nilai komersial.
“Pentas steraming adalah bentuk kreativitas baru yang harus didukung. Tetapi masih jauh dari harapan dalam soal menghasilkan nilai komersial,” kata Harry Koko.
Menurut Harry, pementas musik live di masa new normal memerlukan penegakan protokol kesehatan yang benar. “Bukan hanya perlu masker dan hand sanitezer, tapi juga perlu physical distancing. Karena itu untuk live show diperlukan lahan yang sangat besar. Terlebih untuk pementasan grup musik seperti Slank,” katanya.