Webinar ICLD : Ada Penyimpangan Konsep LMK?

- Advertisement -

“Ini cukup unik, ketika ada kalimat lembaga  bantu pemerintah Non APBN.  Jadi lewat diskusi ini, harapan kami dapat dapat memberikan masukan yang lebih efektif bagi lembaga pelaksana agar dapat berkedudukan dengan lebih tepat. Dan yang lebih penting bagi ILCD, ke depan pembuat kebijakan akan lebih berhati-hati,” ungkap Fitriani Ahlan Syarif.

LMK Dalam Perjalanan Sejarah.

Sebagai keynote  speaker, Prof Dr. Agus Sardjono S.H, M.H (Guru Besar Fakultas Hukum UI) membicarakan LMKN dari perspektif Hukum Adminitrasi Negara (HAN) dan juga dari perspektif Hukum Tata Negara (HTN).

- Advertisement -

LMKN  dalam sejarahnya, menurut Prof  Dr Agus, dibentuk untuk memperbaiki  sistem pemungutan  dan distribusi royalti. LMK  muncul diawali dari keluhan pengguna lagu yang keberatan karena  didatangi beberapa orang yang menagih pembayaran rotalti atas nama LMK   (Collecting Management Organization)

“Saat itu, sekitar tahun 2012-2013 memang sudah ada beberapa LMK, seperti KCI, WAMI, REI, dan lain-lain. Di mana LMK  tersebut mewakili pemegang hak,  yang salah satu tugasnya memungut royalti dari para user,” ujar Prof. Dr. Agus.  “User ini adalah istilah yang digunakan  untuk orang orang yang  menggunakan karya musik dalam kegiatan komersial mereka!”

Tentu saja kehadiran beberapa LMK ini mengganggu para user, karena sebetulnya mereka memang wajib membatar royalti. Namun, mereka terganggu karena bukan hanya satu orang yang datang menagih, melainkan beberapa  nama lembaga.

- Advertisement -

Untuk menyikapi keluhan para user, dan dengan niat baik untuk memperbaiki mekanisme pemungutan royalti, saat itu atas inisiatif PAPPRI dilakukan pertemuan LMK guna membahas masalah tersebut.

Pertemuan pertama dilakukan di kantor PAPPRI di Kawasan Kuningan. Diikuti  beberapa orang yang mewakili,  berbagai LMK  yang ada.  “Singkat cerita, dari banyak pertemuan LMK,  kemudian disepakati  untuk lahirnya single  gate system (atau system satu pintu),  dalam proses pemungutan royalti,” ungkap Prof. Dr. Agus

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -