Rabu, September 10, 2025

Synchronize Festival 2025 dan ruangrupa Rayakan Satu Dekade dengan Semangat “Saling Silang”

Synchronize Festival siap menggelar edisi spesial perayaan satu dekade pada 3–5 Oktober 2025 di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta. Festival musik tahunan yang diprakarsai demajors ini mengusung tema besar “Saling Silang”, simbol kolaborasi lintas zaman, genre, dan energi.

Selama sepuluh tahun terakhir, Synchronize telah menjadi gerakan budaya besar di Indonesia. Lebih dari 700.000 penonton hadir, 5.000 musisi tampil, serta 30.000 pekerja kreatif terlibat. Festival ini juga diabadikan dalam 10.000 lebih publikasi media dan mendapat dukungan ratusan sponsor. “Dalam tubuh Synchronize, Saling-Silang bukan jargon, melainkan praktik yang hidup,” ujar David Karto, Director of Festival Synchronize Fest.

Edisi kali ini tidak hanya merayakan 10 tahun Synchronize, tetapi juga 25 tahun kiprah demajors dan ruangrupa. Kolaborasi keduanya akan menghadirkan pameran seni kontemporer di Hall D2 JIEXPO, mempertemukan musik dengan seni rupa. Lebih dari 25 kolektif seni dari berbagai kota ikut ambil bagian, termasuk Taring Padi, Jatiwangi Art Factory, Hysteria, hingga komunitas seni dari Solok, Palu, Maumere, dan Jayapura.

ruangrupa yang kini merayakan 25 tahun perjalanannya menghadirkan ruru25: Poros Lumbung. Bukan sekadar pesta ulang tahun, ruru25 menjadi langkah berbagi sumber daya, merangkum karya, percakapan, dan jejak bersama lewat pameran interaktif, pertunjukan, pemutaran film, lokakarya, hingga kolaborasi lintas disiplin. Delapan karya spesial akan ditampilkan, termasuk Kaos Project (Istanbul Biennale 2005), Hanya Memberi Tak Harap Kembali (2010), The Singapore Fiction / Indonesiana (Singapore Biennale 2011), Gerobak Bioskop (Biennale Jogja 2011), SIASAT (2011), The Kuda: The Untold Story of Indonesian Music Underground in the 70’s (Asia Pacific Triennale, 2012), serta ruru gakko / Perguruan Tamanruru (Aichi Triennale, 2016; ArtJog 2025).

Gerakan “pulang kampung” ini juga menghadirkan kembali sejumlah platform ruangrupa yang sudah dikenal publik, seperti ArtLab (sejak 2007), OK. Video (2003), Jakarta 32°C (2004), rurukids (2010), RURUradio (2008), hingga Rumah ruru. Publik juga dapat menikmati ruang musik, pemutaran film, serta pertemuan komunitas melalui RURU Radio Lounge dan Layar Tancap. Selain itu, ruangrupa berencana menerbitkan beberapa buku, termasuk kumpulan artikel jurnal bersama Penerbit Marjin Kiri serta coffee table book perjalanan 25 tahun ruangrupa.

Lebih dari sekadar menghasilkan karya seni, ruangrupa selama seperempat abad telah membangun ekosistem dan jejaring kolektif. Mereka melahirkan OK. Video Festival, Jakarta 32°C, hingga Gudskul bersama Serrum dan Grafis Huru Hara. Semangat ini terus berlanjut dalam perayaan ruru25: Poros Lumbung dengan melibatkan jejaring kolektif dari berbagai kota di Indonesia, seperti Forum Sudutpandang (Palu), Gelanggang Olah Rasa (Semarang), Komunitas Gubuak Kopi (Solok), Komunitas KAHE (Maumere), Serbuk Kayu (Surabaya), SIKU Ruang Terpadu (Makassar), hingga Indonesia Art Movement (Jayapura).

Menurut Ade Darmawan, pendiri ruangrupa, lumbung bukan hanya metafora, tetapi cara nyata mengelola sumber daya bersama: waktu, ruang, pengetahuan, jaringan, hingga ekonomi. “ruru25: Poros Lumbung bukan hanya soal mengingat masa lalu, tapi juga bersiasat ke depan. Ini tentang saling belajar dan bertukar ragam siasat bagaimana seni, musik, dan kehidupan sehari-hari dapat terus bertahan dan relevan melalui imajinasi dan tindakan kolektif,” ujarnya.

Komitmen keberlanjutan juga menjadi fokus. ruangrupa konsisten mengolah material bekas seperti kayu, besi, spanduk, hingga tutup botol menjadi sumber daya kreatif. Paviliun mereka di Hall D2 Gambir Expo akan menjadi laboratorium terbuka yang memperlihatkan bagaimana siklus material mampu melahirkan kemungkinan baru bagi seni dan komunitas.

Ruangrupa yang berawal dari kontrakan sederhana di Pasar Minggu kini menjadi simbol lahirnya generasi seniman baru Indonesia. Dengan semangat inklusif, mereka menjembatani seni, musik, pendidikan, hingga aktivisme. Kehadirannya di Synchronize 2025 semakin menegaskan konsep “Saling Silang” sebagai praktik hidup, bukan sekadar slogan.

Ade Darmawan menegaskan, “Pada usia 10 tahun Synchronize, 25 tahun demajors dan ruangrupa, rasanya tepat jika kami merayakan bersama.” XPOSEINDONESIA/IHSAN

Must Read

Related Articles