Setelah Hiatus 8 Tahun, Propak Indonesia Kembali Digelar September 2024

- Advertisement -

Pameran ini akan mencakup berbagai sektor, termasuk pengolahan makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, barang konsumsi, dan kemasan industri.

Di arena pameran, pengunjung dapat menemukan peserta yang menampilkan mesin, peralatan, material, solusi perangkat lunak, dan berbagai layanan yang berkaitan dengan pengolahan dan pengemasan. Selain itu pengunjung dapat berinteraksi dengan peserta pameran yang ahli di bidangnya dan dapat terlibat dalam demo kegiatan secara langsung, dan dapat memperluas wawasan kemajuan industri terbaru.

Selain peserta menampilkan produknya, pameran juga akan menampilkan serangkaian seminar informatif dan diskusi panel yang dihadiri oleh para ahli di industrinya.

- Advertisement -

Sesi ini akan mencakup berbagai topik termasuk praktik pengemasan lanjutan, otomatisasi dan digitalisasi dalam pengolahan, tren yang muncul dalam desain kemasan, dan optimasi rantai pemasok. Pengunjung akan berkesempatan untuk mendapatkan pengetahuan berharga dan tetap mengikuti perkembangan industri terbaru.

Masalah Klasik : Limbah

Dalam acara launching pameran Propak Indonesia ini muncul  juga isu tentang  pengolahan limbah  makanan dan minuman. Salah satunya limbah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Menurut Rahmat Hidayat, tekanan terhadap AMDK ini  sempat luar biasa di tahun 2017-2018.  “Alasannnya limbah AMDK  jika hanyut di sungai mengapung dan kelihatan,  dan tidak tenggelam.”

- Advertisement -

Masalah terbesar dari limbah AMDK memang pada penanganan waste management. Kalau dilihat, menggunakan angka, menurut Rahmat Hidayat,  konsumsi plastik di Republik Indonesia  berkisiar 20 kilogram per kapita per tahun. Sementara di Malaysia, Thailand, Filipina,  konsumsi per kapitanya di atas 40 kilogram per tahun. Sedangkan Jepang, Korea Selatan, Amerika malah lebih banyak lagi, sekitar 100 kilogram, per kapita per tahun.

”Pertanyaannya, kalau yang menjadi masalah adalah konsumsi dan produksi, siapa yang  paling bermasalah?  Pasti jawabannya adalah mereka. Tapi pada kenyataannya mereka malah tidak bermasalah di soal limbah,” ungkap Rahmat. “Karena ketika Tokyo kebanjiran,  airnya  yang menggenang di stasiun dan pasar seperti di kolam renang. Bening dan  tidak ada pastik mengapung,”ujar Rahmat

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -