Film “Yuni” (2021) memperkenalkan bahasa Jaseng, Jawa Serang secara total dalam dialognya. Dan film “KKN di Desa Penari” (2022) yang menduduki peringkat pertama film Indonesia terlaris sepanjang masa juga banyak menggunakan bahasa Jawa. Film ”Ngeri Ngeri Sedap” (2022) juga menggunakan bahasa Batak. Film ini mendapat apresiasi dari penonton juga memenangkan Piala Gunungan Emas FFWI 2022.
“Film-film berbahasa daerah ini, hebatnya sukses baik secara kritik maupun komersial, dan membantu meningkatkan kesadaran akan penggunaan bahasa daerah dalam film-film Indonesia. Karenanya ke depannya mungkin akan lebih banyak lagi film Indonesia yang menggunakan bahasa daerah,” kata dia.
Dalam pandangan Presiden FFWI 2023, Wina Armada, Indonesia dalam aspek kebahasaan sangat beruntung memiliki bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diikuti dan dipahami oleh beragam suku yang ada di Indonesia.
Penggunaan bahasa daerah dalam film Indonesia, kata Wina merupakan perkembangan yang positif. Ini membantu untuk mempromosikan keanekaragaman budaya dan memberikan suara kepada orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia. Ini juga membantu membuat film Indonesia lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas.
Di tengah itu, ratusan bahasa daerah masih tetap bisa hidup di tengah masyarakat, bahkan bisa dimunculkan pula dalam percakapan. Menurut Wina, “Sebagai wartawan yang berkutat dengan kebahasaan, sangat relevan FFWI mengeglar webinar mengangkat tema Penggunaan Bahasa Daerah dalam Film.
Wina juga membandingan Indonesia dengan India yang memiliki ribuan bahasa daerah, namun tidak memiliki satu bahasa persatuan. “Sehingga karena masalah bahasa ini pula kadang yang menimbulkan pertikaian dan pertentangan antar suku di India!”ungkapnya. XPOSEINDONESIA Foto Instagram