Jumat, Februari 21, 2025

Jakarta Drum School  : 17 Tahun Membangun Sekolah Drum ala Shaolin

Kecil Besar

Jakarta Drum School  (JDS), merayakan ulang tahun ke 17 di Rarampa Resto, Jakarta Selatan pada 19 September 2022.

Tampak para pengajar JDS dengan wajah terkenal seperti Rayendra Sunito (Bakucakar),  Timur Segara  (Fload), Aldi Lutan  (session player,  lulusan Los Angeles) dan puluhan nama lain di tengah para founder, Harry Murti, Taufan Goenarso, Prasodjo Winarko.

Di barisan tamu terlihat  pula sejumlah wajah familiar di dunia music. Mulai dari Keenan Nasution, Ekki Soekarno, Haryy Koko  Santoso, Anang Hermansyah, Ashanty, berikut  anak mereka Arsy dan Arsya.

“Änak Anang, Arsya Hermansyah  sudah sebulan  belajar drum di tempat kami,” ujar Harry Murti  di tengah pesta.

Anang mendaftarkan Arsya ke JDS, setelah dia melihat murid JDS bernama Aska, menjadi juara 1 Drum Competition di Anaheim California.

“Saat itu, kebetulan Anang sedang di Amerika mengantar Arsy ikut lomba kompetisi  menyanyi dan memenangkan beberapa penghargaan sekaligus,” kata Harry lagi

Sekolah Drum Ala  Kungfu Shaolin

JDS menurut Harry didirikan 25 September tahun  2005, bersama Taufan Gunarso (drummer lulusan Percussuon Institue of Tecnology USA), dan pengusaha Prasodjo Winarko.

“Banyak orang menyebut  JDS itu kayak sekolah Kungfu shaolin. Dalam hal disiplin di dalam kelas, murid tidak boleh ngaco, harus teratur. Di luar kelas, murid dan guru tetap bisa bersahabat,” ucap Harry.

Dan pada akhirnya konsep disiplin ini membentuk attitude. “Ketika diaplikasikan terus menerus dengan pengetahuan yang benar, akan menjadi kebiasaan. Akhirnya ini menjadi culture dari JDS,” ungkap Harry  sambil menyebut JDS telah mendapat sertifikat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2007.  

Sekolah Khusus Drum

“Awalnya, saya ngobrol sama Taufan  tentang keinginan  membangun sekolah khusus drum,” ungkap Harry dalam wawancara khusus dengan wartawan di tengah pesta.

Di saat yang bersamaan, Harry juga melibatkan sahabatnya Prasodjoko Winarko, untuk bersama-sama mewujudkan ide ini.

“Pak Pras melihat niat ini sesuatu yang priceless. Sekaligus berguna, karena bisa jadi ilmu yang harus di-share. Di mana  ada moralnya,” ujar Harry  menyebut asal muasal para founder  sepakat menghidupkan  JDS.

Mulailah dilobi sejumlah para instruktur  lulusan America, seperti Hollywood California, Barkley of The Music, Drumer Collective  dan lain-lain.

“Dengan deretan instruktur lulusan  luar negeri cukup menjadi support system di back bone Jakarta Drum School,” kata Taufan lagi.

Sejak awal berdiri, Harry maupun Taufan menyadari, apa  yang mereka  kerjakan bukan semata-mata berurusan dengan bisnis.

”Namun, kita harus meninggalkan legacy, dan di  usia 17 tahun, kita lihat achievement   yang kita dapatkan   adalah banyak murid  kami yang sukses dan bisa masuk ke industri musik. Atau yang dulunya murid di sini, sekarang sudah bisa mengajar,” ungkap Harry Murti.

Taufan merasa bersyukur,  bisa melewati 17 tahun usia JDS, “a lot bloods, sweats and tears lah. Banyak orang tua murid  yang tanya, kok bisa JDS bertahan sampai sekarang? Jawabannnya, ini semata karena sistem pengajaran yang kita gunakan, juga para pengajar yang loyal. Dan yang pasti lagi, kita berterima kasih dengan dukungan  penuh  Pak Pras hingga hari ini,” ungkap Taufan.

Kids Program

Institusi pendidikan drum  yang  dirancang Taufan dan Harry memang unik, memberikan informasi dan pelajaran drum dari  kelas anak-anak hingga dewasa.  

Jika calon murid tidak bisa not balok, mereka tetap bisa diterima. “Kan namanya juga masih anak-anak. Mereka bisa belajar di sini, motto kami We Made It A Better Drummer,” ungkap Harry.

Namun, pilihan JDS membuka kelas anak-anak, bukan tanpa persoalan.  

“Dalam menghadapi anak-anak di bawah umur tujuh tahun tidak bisa dengan memaksa. Kita juga tidak bisa banyak bicara di dalam kelas,” kata Taufan.

Murid anak-anak itu, kalau belajar drum, masuk kelas  maunya hanya  untuk bermain drum.  

Must Read

Related Articles