Hal itu diamini oleh Nico Siahaan. Anggota DPR RI dari Dapil Kota Bandung dan Kota Cimahi ini menjelaskan, semua warga yang datang ke acara ini adalah ibu-ibu hamil dan ibu-ibu menyusui.
“Anak-anak ibu-ibu, pada 24 tahun ke depan akan menjadi bagian dari penduduk Indonesia berusia produktif,” katanya.
“Nah, bonus demografi pada 2045 yang akan Indonesia peroleh itu tidak akan bermanfaat jika sekarang anak-anak kita mengalami stunting.” Kata Nico
Nico mengapresiasi HaloPuan karena datang dengan solusi nyata untuk melawan stunting, yakni dengan memanfaatkan kelor, tanaman yang mudah ditemui di Tanah Air.
“Ibu-ibu, kelor itu sangat berguna dalam menyeimbangkan asupan gizi kita,” katanya.
Ahmad Nugraha gaya khas sundanya yang kadang kocak menjelaskan mengapa ibu-ibu harus memperhatikan asupan bagi anak-anak dengan lebih mengutamakan makanan produksi rumahan.
“Nah, ini luar biasa karena HaloPuan memperkenalkan bubuk daun kelor untuk ibu-ibu olah,” katanya.
Ahmad Nugraha kemudian menantang ibu-ibu yang hadir untuk menjelaskan apa itu stunting dan bagaimana upaya mereka dalam memberi asupan bagi anak-anak.
Di luar dugaan hadirin, berdiri seorang ibu muda bernama Fitria. Dia mengatakan bahwa hari-hari ini tengah giat membuat makanan pendamping ASI sendiri bagi anaknya. “Karena itu saya berterima kasih kepada HaloPuan dan Ibu Puan yang telah memberi informasi soal bubuk daun kelor ini,” katanya dengan suara lantang.
Staf pada UPT Puskesmas Cijerah, Sinta Santika, yang menyampaikan penyuluhan mengenai bahaya stunting, mengatakan stunting tidaklah berkaitan dengan kemiskinan melainkan pola asuh dan perilaku kita sebagai orang tua dalam memberi asupan kepada anak-anak.
Dia juga membenarkan pernyataan Nico Siahaan bahwa bubuk daun kelor mampu menyeimbangkan asupan gizi.
“Ini karena daun kelor mengandung 7x vitamin C pada jeruk, 4x vitamin A pada wortel, 2x protein pada yoghurt, 4x kalsium pada susu, dan 3x potasium pada pisang,” paparnya.
Gerakan Melawan Stunting di Cijerah dihadiri oleh 170 warga. DPC PDI Perjuangan Kota Bandung telah mendata para peserta sebelum acara berlangsung, sehingga mereka yang hadir sesuai dengan sasaran gerakan, yakni ibu hamil, ibu dengan balita di bawah usia 2 tahun, dan perempuan pranikah.