Jumat, Februari 21, 2025

Bandara Matahora Wakatobi Diresmikan

Kecil Besar

Bandara Matahora, Wakatobi di Pulau Wangi Wangi, Minggu, pada 7 Mei 2016 diresmikan Menteri Perhubungan RI Ignatius Jonan dan Menteri Pariwisata RI Arief Yahya. Dengan demikian, akses ke salah satu dari 10 Top Destinasi Prioritas itu semakin terbuka. Menuju bandara ini bisa dilakukan dengan penerbangan langsung dari Ngurah Rai Denpasar Bali, dan Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta. “Bandara ini memang dibangun untuk memperkuat akses pariwisata Wakatobi,” ucap Menhub Ignatius Jonan saat memberikan sambutannya.

Jika dilihat dari jumlah penduduk Wakatobi yang hanya  berjumlah 125 ribu, sebenarnya belum layak dibangun bandar udara di Wakatobi. Tetapi, karena Wakatobi didesain sebagai kawasan wisata bahari, dengan target 500.000 wisman di 2019, maka akses udara tidak bisa ditawar-tawar, harus ada. “Nanti dilihat progresnya, kalau cepat bertumbuh, tahun depan 2017 kita anggarkan untuk perpanjangan landasan dari 2.000 meter ke 2.400 meter. Lebar dari 30 meter ke 45 meter,” kata Jonan yang mantan Dirut PT KAI itu.

Dengan begitu pesawat berbadan gemuk, Boeing 737-200, 300, 500, 800 sampai 900 bisa landing dan membawa wisman lebih banyak. Saat ini, hanya Wings Air dengan tipe ATR72-500/600 yang setiap hari secara reguler terbang dari Kendari-Wakatobi. Juga ada Aviastar dengan tipe pesawat Cesana, angkutan perintis setiap Rabu. “Bandara ini terlalu lama proses membangunnya, sejak 2007! Sekarang membangun bandara itu maksimal 2-3 tahun. Kalau hanya menyempurnakan saja seperti ini, maksimal 12 bulan selesai,” ujar Jonan, yang tahun ini menyelesaikan 15 bandara baru.

Bandara Matahora yang terletak di desa Matahora, kecamatan Wangi-Wangi Selatan ini memang unik. Pertama kali diterbangi Susi Air dengan pesawat Caravan C206D berkapasitas 12 seats. Keunikan itu diceritakan dengan lugas dan blak-blakan oleh Bupati Wakatobi Hugua saat memberi sambutan selamat datang. “Dulu saya dilantik bupati pertama kali oleh Gubernur Sultra, bertiga sama sopir mencari lahan untuk airport. Kami letakkan batu pertama dulu, lalu kami bertiga bertepuk tangan sendiri. Tidak ada orang lain, seolah-olah ada ribuan manusia di situ,” ucap Hugua yang langsung mengundang tawa.

Setelah itu, Hugua ke Kemenhub di Jakarta. Dia bertanya, bagaimana bisa membuat bandara? Dijawab oleh pejabat di sana, “Tidak bisa! Pemerintah tidak ada rencana membangun airport di Wakatobi!” begitu kata Hugua menirukan sang pejabat. “Lho, saya ingin bangun bandara pakai duit APBD sendiri kok, mengapa nggak boleh?” tanya Hugua heran.

Baru sadar Hugua, ternyata membangun airport itu tidak seperti membuat terminal piti-piti, atau angkutan umum. Asal dibangun landasan, sudah! Ketika bandara itu hendak diresmikan pun, ada persoalan besar, ketika Kemenhub bertanya, “Kepala Bandaranya siapa?”

“Saya heran, lho bandara itu harus ada kepalanya to?” Hugua balik bertanya. Keluguan dan ketidaktahuan Hugua itu betul-betul membuat tertawa audience di Bandara Matahora itu.
Dia juga menceritakan dengan logat Wakatobi campur Ambon yang khas. “Hari ini saya bangga, bandara ini akhirnya dituntaskan oleh Kemenhub di era Pak Jonan. Terima kasih Pak Jonan,” katanya, menjelang masa akhir kepemimpinannya.

Hugua sudah membawa Wakatobi dikenal di seluruh penjuru dunia. Dia gigih memperjuangkan nama Wakatobi di pentas wisata maritime dunia. “Wakatobi itu memiliki 942 species ikan, Laut Merah itu hanya 500 spesies, dan Karibia hanya 50 spesies saja! Wakatobi punya 90.000 hektar luas terumbu karang dan terluas di dunia. Ada 750 species karang dari 850 species karang yang ada di dunia,” ungkap Hugua.

Dia juga menjelaskan Wakatobi adalah kepulauan dengan empat pulau besar, yakni Wangi Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Di Kaledupa, ada karang atol 48 km, terpanjang di dunia. “Kami senang, Pak Menhub dan Pak Menpar akan mengusahakan penerbangan Jakarta-Denpasar-Wangi Wangi. Kami semakin optimis pariwisata Wakatobi akan maju,” ungkapnya.

Menpar Arief Yahya mengungkapkan, akses itu satu dari tiga syarat mutlak pengembangan destinasi pariwisata. Rumusnya 3A, akses, atraksi dan amenitas. “Akses itu vital, karena hampir 100 persen wisman berkunjung ke Indonesia melalui jalur udara. Hanya sebagian kecil yang melalui penyeberangan laut, terutama di Batam-Bintan dari Singapore. “Karena itu untuk mendapatkan 20 juta wisman di 2019, pariwisata menjadi leading sector, dan Wakatobi harus berkelas dunia. Standar pelayanannya pun harus global standart. Maka bandara Matahora ini otomatis harus berstandar internasional,” jelas Arief Yahya.

Must Read

Related Articles