Di ujung masa jabatannya sebagai Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan dua “paket” kesenian. Pertama berupa dua album musik berisi kompilasi lagu karyanya, keduabuku kumpulan puisi bertajuk “Membasuh Hati di Taman Kehidupan”.
Acara peluncuran buku dan album SBY ini dikoordinir RDE Enterprise di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Senin (25/8/2014). Acara ini dimeriahkan pula oleh penampilan Afgan, Andi/rif, Dira Sugandi, Lala Karmela, Lana Nitibaskara dan pembacaan puisi karya SBY oleh satrawan Taufik Ismail.
Puisi Sederhana
Menulis puisi bukan hal baru bagi SBY. Sejak masih duduk di SD hingga SMA di Pacitan, ia rajin menulis puisi. Kegiatan ini terus berlangsung hingga kini, di tengah kesibukan bertugas sebagai pemimpin nomer 1 di Republik ini.
Namun, hobi ini jauh dari publikasi. Terbukti, tanpa banyak yang tahu, semasa duduk jadi Presiden, SBY merilis dua buku kumpulan puisi yang diedarkan secara terbatas yakni “Taman Kehidupan” (2004) dan enam tahun kemudian menerbitkan “Membasuh Hati” (2010).
Dua buku tersebut kini disatukan dan diterbitkan kembali dengan judul gabungan “Membasuh Hati di Taman Kehidupan” berisi 73 buah puisi. SBY menulis dengan bahasa sederhana, tanpa keinginan bergaya bahasa seperti layaknya para penyair.
Tema puisi pun bergulir dengan bebas. SBY lentur menyuarakan rasa yang bergerak mulai dari sekeliling tempatnya bertugas di pemerintahan. Simaklah pada “Reformasi Tak Pernah Mati”, “Caleg Partai Sukar Maju”, “Pak Gubernur”, “Pilkada”, “Siapa Salah” , juga tak gagap menangkap catatan batin rakyat kecil, seperti terlihat pada “Amanah untuk Mereka”, “Taksi Jakarta”, “Banjir Tenga Malam”.
Mengamati karya SBY dalam puisi itu, penyair Taufik Ismail, mengatakan, “SBY punya kepekaan yang lebih dalam dibanding pemimpin kebanyakan! Ini tidak mungkin terjadi seketika, ini sudah dibangunnya sejak remaja, sejak masa sekolah di Pacitan dulu”.