Justru dianggap fenomenal pada zamannya, atau dipuji sebagai monumental, puluhan tahun kemudian. Ini cerita tentang sebuah kelompok musik Guruh Gypsi. Benarkah mereka akhirnya akan manggung? Kapan dan dimanakah?
Kenyataannya memang begitu. Sila bersiap-siap menyambut mereka untuk on-stage. Apa lagi cerita yang menarik dibanding, sebuah grup musik yang dipuji sebagai tonggak penting sejarah musik, justru baru akan tampil di atas panggung sekitar 50 tahun setelah album rekaman mereka dirilis? Etapi, main dimana nanti?
Ajaib bener, karena sejatinya belum pernah manggung. Tapi secara lepasan, para tokoh pentingnya, terutama Guruh Sukarnoputra dan Keenan Nasution, acapkali membawakan lagu-lagu Guruh Gypsi. Misalnya, “Janger 1897 Saka” ataupun “Chopin Larung” misalnya. Selain “Smaradhana”. Termasuk progrock-anthem mereka, “Indonesia Maharddhika”. Tapi main bersama, formasi lengkap, tidak pernah. Seru kan?
Selain kedua tokoh di atas, masih ada musisi senior lain, Abadi Soesman. Simak cerita Abadi ini deh. Saat selesai semua proses rekaman di tahun 1976, dan dia mendengarkannya, dia mengaku kaget,”Oh jadinya gini. Ini aku ya yang main? Bisa begini hasilnya ya?” Dan kemudian Abadi Soesman bercerita, satu ketika di sekitar tahun 1990-an, ia mendengarkan lagi rekaman Guruh Gypsi.
Kebetulan ada penggemarnya berbaik hati, memberikannya kaset Guruh Gypsi, ia mendengar lagi berulang kali. “Saya saat itu mengagumi hasil akhir musik Guruh Gypsi tersebut. Dan sayapun bahkan juga mengagumi permainan saya sendiri di rekaman itu.”
Abadi Soesman lalu menerangkan bahwa, ketika ia lantas bergabung dengan God Bless di tahun 1980. Saat ia menggantikan Yockey Suryoprayogo, lalu menghasilkan album Cermin. “Pengalaman dan ingatan saya tentang Guruh Gypsi menginspirasi betul. Jadi album Cermin itu memang bernuasa Guruh Gypsi, misal dengarkan lagu Anak Adam.”
Baik Abadi, juga terutama Keenan mengakui kejeniusan seorang Guruh yang mampu menuliskan lirik-lirik lagu yang bermakna mendalam. Sebagian juga berbahasa Bali. Dan bahkan ada lirik lagu yang bermuatan kritik sosial, tetap kontekstual hingga saat sekarang. Lirik-lirik lagu yang ditulis Guruh, ga kalah ajaibnya dengan musiknya, terang Keenan.
Memang Guruh Gypsi menyodorkan tema lebih ke perhatian pada seni budaya. Selain itu juga sarat muatan kritik sosial, atau semacam perlawanan pada kemapanan. Bisa dicermati pada lirik lagu “Geger Gelgel” atau “Janger 1897 Saka” sampai Chopin Larung”. Sementara pada anthem, “Indonesia Maharddhika” lirik menyuarakan cinta tanah air, dan secara unik, dengan kejeniusan seorang Guruh. Cermati, lirik lagu dimulai dengan huruf, yang bila dibaca ke bawah huruf terawalnya, menjadi nama-nama personal grup ini.
Begitulah cerita seru tentang Guruh Gypsi. Memang menjadi album monumental, nan ajaib! Menurut Abadi Soesman, konsep musik Guruh Gypsi, dari apa yang dibuat oleh Keenan dan termasuk Guruh Sukarnoputra beserta teman-teman adalah, “Musik gaib!” Abadi tertawa, dan Keenan yang mendengarpun tertawa lebar. Susah ya? Pokoknya, berbau gaib, tegas Abadi Soesman sambil tertawa lagi.
Nah soal “susah”, Guruh pun berujar, “Makanya, kalau Guruh Gypsi misalnya bisa tampil lagi, memang ada yang mau menonton kami?” Keenan menyambung,”Ya semoga memang ada yang menunggu kita main lagi. Walau tetap aneh juga, musik susahnya kami ternyata ada yang pengen banget menonton…”.
Synchronize Festival ke 10 Mempersembahkan Guruh Gypsi
Maka selanjutnya, bersiaplah menyambut tokoh-tokoh penting sejarah musik Indonesia itu. Yang berasal dari pergaulan skena musik 1970-an. Pertemuan “Anak Menteng” (Keenan Nasution, Chrisye, Roni Harahap, Oding Nasution) dengan “Anak Kebayoran (Guruh Sukarnoputra). Dengan nama Guruh Gypsi.
Mereka, yaitu 3 tersisa Guruh Sukarnoputra, Keenan Nasution dan Abadi Soesman akan didukung 2 orang musisi utama. Bubi Sutomo, ex keyboardist Indonesia 6 dan Kahitna, sebagai Music Director. Dan Yoes JF, gitaris sebagai asisten Music Director.
Selain itu ada beberapa nama lain sebagai musisi pendukung antara lain Raidy Noor (bassist), Biko Nasution dan Peter N.Lumingkewas (drummer). Lalu para gitaris, Warman Nasution, Hasan. Selain Didit Violin dan Daryl Nasution (vocal)
Selain itu akan tampil para kolaborator pendukung seperti Kharis (gitaris Dead Squad), Harry Murti (electric drums). Dua vokalis rock, Andy /rif dan Irang Arkad. Selain itu, choir dari Paduan Suara Alumni Universitas Indonesia. Marching Band dari Universitas Indonesia. Tak ketinggalan pula, Gamelan Saraswati, yang nanti akan dipimpin langsung oleh I Gusti Kompiang Raka.
Perlu dicatat, bahwasanya I Gusti Kompiang Raka juga, yang menjadi kolaborator pada proses rekaman album Guruh Gypsi di tahun 1975. Dan tentu saja peran seorang seniman Bali bernama Kompiang Raka penting, karena bentuk musik dari Guruh Gypsi kental dengan nuansa Bali nya. Guruh Gypsi memang harus ada Bali-nya…
Guruh Gypsi akan menjadi headliners penting dari Synchronize Festival. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak Synchronize, yang berjuang dan berupaya maksimal untuk bisa memanggungkan Guruh Gypsi.
Dimana seperti diketahui, Synchronize adalah sebuah etalase musik multi genre, yang tahun ini masuk ke 10 tahun penyelenggaraannya. Festival dengan 6 stages itu, telah menjelma menjadi festival musik bergengsi dengan puluhan ribu penontonnya di setiap tahunnya. Tahun ini tetap akan berlangsung di areal JIE Kemayoran, dari Jumat 3 Oktober sampai Minggu 5 Oktober.
Guruh Gypsi sendiri dijadwalkan akan tampil pada Hari Sabtu malam, 4 Oktober. So, selamat berjumpa di Synchronize Festival. / XPOSEINDOONESIA/dalpati-danta Foto Muhamad Ihsan dan Dion Momongan