Wisata selam merupakan salah satu subsektor yang menjadi daya tarik utama dari sektor pariwisata Tanah Air. Hampir 30 persen destinasi yang ada di 10 Destinasi Super Prioritas (DSP) adalah destinasi wisata bahari dan wisata selam.
Untuk meningkatkan minat dan kepercayaan wisatawan nusantara dan mancanegara berkunjung dan berwisata ke Bali, para pelaku usaha wisata terutama juga bisnis selam di Bali diharapkan segera menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability). Ini sebagai upaya membangkitkan kembali pariwisata Indonesia, terutama wisata selam yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Dalam acara “Sosialisasi Panduan CHSE Usaha Wisata Selam” di Prime Plaza Hotel and Suites Sanur, Denpasar, Bali, Senin (12/10/2020), Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparerkraf, Rizki Handayani, mengatakan, Kemenparekraf telah mengeluarkan panduan protokol kesehatan berbasis CHSE untuk wisata selam.
“Kita harapkan panduan ini menjadi acuan bagi teman-teman pelaku wisata selam ketika para tamu kembali datang (ke Indonesia). Dengan panduan inilah kita bisa meningkatkan standar kualitas pariwisata nasional, meningkatkan kepercayaan wisatawan nusantara dan wisatawan global, dan perlahan-lahan memulihkan sektor pariwisata kita,” kata Rizki.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, menurut Rizki, kunjungan wisatawan mancanegara ke berbagai destinasi wisata di Indonesia menurun drastis akibat pandemi COVID-19. Dari sekitar 1,2 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan Januari 2020, menjadi sekitar 159 ribu kunjungan pada bulan Juli 2020.
Rizki pun mengajak para pelaku wisata selam menggaungkan panduan ini ke wisatawan. Lewat sosialisasi tersebut nantinya diharapkan penerapan protokol kesehatan dapat memperkuat kepercayaan para wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia, selain karena tergugah oleh keindahan alam bawah laut yang dimiliki Indonesia, terutama Bali.