Bandara Matahora, Wakatobi di Pulau Wangi Wangi, Minggu, pada 7 Mei 2016 diresmikan Menteri Perhubungan RI Ignatius Jonan dan Menteri Pariwisata RI Arief Yahya. Dengan demikian, akses ke salah satu dari 10 Top Destinasi Prioritas itu semakin terbuka. Menuju bandara ini bisa dilakukan dengan penerbangan langsung dari Ngurah Rai Denpasar Bali, dan Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta. “Bandara ini memang dibangun untuk memperkuat akses pariwisata Wakatobi,” ucap Menhub Ignatius Jonan saat memberikan sambutannya.
Jika dilihat dari jumlah penduduk Wakatobi yang hanya berjumlah 125 ribu, sebenarnya belum layak dibangun bandar udara di Wakatobi. Tetapi, karena Wakatobi didesain sebagai kawasan wisata bahari, dengan target 500.000 wisman di 2019, maka akses udara tidak bisa ditawar-tawar, harus ada. “Nanti dilihat progresnya, kalau cepat bertumbuh, tahun depan 2017 kita anggarkan untuk perpanjangan landasan dari 2.000 meter ke 2.400 meter. Lebar dari 30 meter ke 45 meter,” kata Jonan yang mantan Dirut PT KAI itu.
Dengan begitu pesawat berbadan gemuk, Boeing 737-200, 300, 500, 800 sampai 900 bisa landing dan membawa wisman lebih banyak. Saat ini, hanya Wings Air dengan tipe ATR72-500/600 yang setiap hari secara reguler terbang dari Kendari-Wakatobi. Juga ada Aviastar dengan tipe pesawat Cesana, angkutan perintis setiap Rabu. “Bandara ini terlalu lama proses membangunnya, sejak 2007! Sekarang membangun bandara itu maksimal 2-3 tahun. Kalau hanya menyempurnakan saja seperti ini, maksimal 12 bulan selesai,” ujar Jonan, yang tahun ini menyelesaikan 15 bandara baru.
Bandara Matahora yang terletak di desa Matahora, kecamatan Wangi-Wangi Selatan ini memang unik. Pertama kali diterbangi Susi Air dengan pesawat Caravan C206D berkapasitas 12 seats. Keunikan itu diceritakan dengan lugas dan blak-blakan oleh Bupati Wakatobi Hugua saat memberi sambutan selamat datang. “Dulu saya dilantik bupati pertama kali oleh Gubernur Sultra, bertiga sama sopir mencari lahan untuk airport. Kami letakkan batu pertama dulu, lalu kami bertiga bertepuk tangan sendiri. Tidak ada orang lain, seolah-olah ada ribuan manusia di situ,” ucap Hugua yang langsung mengundang tawa.