Rabu, Desember 4, 2024

Indonesia Tourism Outlook 2025 , Sudah 40 Persen Pelaku Usaha Wisata Indonesia Adopsi IA untuk Solusi

Pariwisata Indonesia tercatat makin menunjukkan pemulihan pascapandemi COVID-19. Hal itu didorong lewat adopsi teknologi digital masa kini yang meningkatkan efisiensi dan pengalaman wisata, pemerintah pun terus mendorongnya. Namun baru 40 persen pelaku usaha wisata di Indonesia yang mengadopsi Solusi digital itu.

CMO dan Cofounder Feedloop AI, Muhammad Ajie Santika, mengatakan 30 persen pelaku usaha wisata itu sudah membuktikan bahwa teknologi digital masa kini dan masa depan salah satunya Artificial Intelligence (AI) telah terbukti membantu pemulihan pascapandemi COVID-19 yang menghancurkan sektor pariwisata.

“Pemerintah saat ini terus mendorongnya dengan harapan mudah-mudahan di 2025 mendatang sudah tercapai 60 persen pelaku usaha yang mengadopsi teknologi digital,” kata Muhammad Ajie Santika saat menjadi narasumber Sesi II Indonesia Tourism Oulook (ITO) 2025 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwarparekraf), di Hotel Aston Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/10/2024).

Meski memiliki banyak keunggulan serta dorongan pemerintah yang ingin teknologi AI itu segera diadopsi, namun ternyata kata Ajie, regulasi mengenai penggunaan AI belum ada di Indonesia karena masih dibahas oleh pemerintah Bersama stakeholders terkait.

“Jika sudah ada regulasi itu, saya yakin pariwisata kitab isa berkembang lebih cepat. Tapi sekali lagi tantangannya di Indonesia tidak mudah di antaranya kesenjangan integrasi teknologi hingga ketidakcocokan budaya dan layanan AI itu,” pungkas Ajie.

Sementara itu Direktur Strategi dan Pengembangan Teknologi Injourney Airport, Ferry Kusnowo, yang diwakili Technology and Digitalization Group Head PT Angkasa Pura Indonesia, Wahyu Chayadi, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan pihaknya sebagai pengelola bandara di Indonesia sudah mulai mengadopsi AI guna memaksimalkan pelayanan dan pengalaman penumpang pesawat hingga pelaku usaha di bandara.

“Adopsi teknologi digital bagi kami adalah sebuah keniscayaan karena semua operasional bandara harus terintegrasi, agar konektivitas penerbangan terjalin jika tidak maka akan kacau,” kata Wahyu.

Must Read

Related Articles