Pada 1996, setelah 14 tahun melipir untuk menghindari kemarahan dunia Arab, Danone kembali ke Israel. Per Desember pada tahun yang sama, Danone membeli 20% saham Strauss Health Ltd. (sebelumnya bernama Strauss Dairies Ltd.) dan Strauss Holdings (sebelumnya Strauss Nahariya Dairy Ltd.). Pembelian itu termasuk pemberian lisensi bagi perusahaan di tanah jajahan itu untuk menggunakan know-how Danone dalam produksi seluruh produk fresh dairy Danone. Kehadiran Danone inilah yang melapangkan jalan bagi Strauss untuk menjadi raksasa makanan dan minuman kemasan di Israel.
Dalam sebuah sirkular resmi belum lama ini, Danone menyebut bahwa per 31 Desember 2022, perusahaan tercatat punya saham pada sebuah entitas bisnis di Israel, yakni Strauss Health Ltd. dengan porsi kepemilikan saham 20%.
Jadi, benarlah bahwa Danone memang, secara kasat mata, tidak memiliki pabrik dan tidak beroperasi di Israel. Namun, seperti sebuah gelas separuh penuh, benar pula bahwa Danone mendapatkan keuntungan rutin dari operasi dan bisnis salah satu perusahaan makanan dan minuman kemasan terbesar di Israel, Strauss.
Belum selesai. Mengingat fakta bahwa pabrik Strauss berlokasi di atas tanah warga Palestina yang terjajah dan fakta bahwa hari demi hari dalam beberapa dekade terakhir Strauss bisa menghasilkan keuntungan yang fantastis di tengah pendudukan, opresi dan genosida Israel atas bangsa Palestina, ini berarti Danone, dan seluruh unit usahanya di seluruh dunia, termasuk Indonesia, ikut kecipratan darah orang-orang yang terzalimi di Palestina. Boikot? Sumber IA/Islam Indonesia/Foro : ScrenGrab Danone Indonesia