Suara orkestra mengalun lembut di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, malam itu. Denting biola, tiupan klarinet, dan gemuruh timpani berpadu dalam harmoni yang membuat penonton menahan napas. Di balik sorot lampu panggung, konser bertajuk “SATOE Indonesia” bukan sekadar pertunjukan musik — ia adalah pernyataan tentang siapa kita sebagai bangsa: beragam, kreatif, dan terus bergerak bersama.
Konser yang digelar Dinas Kebudayaan Jakarta bersama Jakarta Philharmonic Orchestra pada Sabtu, 8 November 2025 ini menjadi wujud nyata kolaborasi antara pemerintah, seniman, dan komunitas kreatif. Di antara deretan tamu undangan, hadir Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) Irene Umar, yang memberi dukungan penuh pada acara tersebut.
“Ekonomi kreatif tumbuh dari budaya yang hidup. Ketika musik, seni pertunjukan, dan kreativitas bersatu, di situlah muncul energi baru bagi bangsa — inilah esensi dari the new engine of growth yang terus kita dorong,” ujar Irene Umar dalam sambutannya.
Mengusung tema “SATOE Indonesia” — dari ejaan lama kata satu — konser ini memaknai persatuan melalui musik. Setiap komposisi yang dibawakan menghadirkan narasi kebangsaan yang berpadu dengan warna budaya Betawi, menghidupkan semangat Jakarta sebagai kota seni yang dinamis.
Lebih dari sekadar konser, “SATOE Indonesia” adalah momentum kebangkitan ekosistem seni pertunjukan. Irene menekankan bahwa subsektor seperti musik orkestra dan pertunjukan klasik memiliki potensi besar dalam menggerakkan ekonomi kreatif nasional. Dengan dukungan kebijakan yang berpihak, pengembangan talenta, dan kolaborasi lintas sektor, Jakarta diharapkan menjadi contoh kota yang mampu menggabungkan pelestarian budaya dengan inovasi ekonomi.
“Semangat SATOE Indonesia bukan hanya tentang merayakan kebhinekaan, tetapi juga menggerakkan kreativitas bersama. Pemerintah, seniman, dan masyarakat perlu bersinergi agar budaya kita tidak hanya lestari, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi,” lanjutnya.
Sorak penonton menggema ketika orkestra menutup malam dengan komposisi yang berpadu antara aransemen klasik dan unsur tradisional Betawi. Denting gamelan yang menyelinap di antara alat musik modern menjadi simbol harmoni antara masa lalu dan masa depan — antara tradisi dan inovasi.
Bagi Irene, konser ini bukan akhir, melainkan langkah lanjutan dalam perjalanan panjang menuju Jakarta 500 tahun pada 2027. Melalui kegiatan seperti “SATOE Indonesia”, Kementerian Ekraf berkomitmen memperkuat ekosistem seni pertunjukan, mendorong partisipasi generasi muda, dan membawa karya Indonesia menembus panggung global.
Malam itu, Jakarta tak hanya tampil sebagai kota megapolitan, tetapi juga sebagai panggung besar di mana budaya, musik, dan kreativitas bersatu dalam satu irama: Satoe Indonesia. XPOSEINDONESIA Foto : Biro Kmunikasi KemenEkraf

