Minggu, Juli 20, 2025

KUA Etnika Suguhkan Sajian Khusus bagi Djaduk Ferianto di BRI Jazz Gunung Bromo

Dihiasi langit malam yang bersih di atas Amphitheater Jiwa Jawa Resort, Bromo menjadi saksi sebuah perayaan musik yang berbeda dari biasanya. Di gelaran BRI Jazz Gunung Series 1 Bromo 2025, musik tidak sekadar menjadi hiburan, melainkan menjelma sebagai medium doa, kontemplasi, dan kolaborasi batin yang menyatukan seniman dan penonton.

Grup musik KUA Etnika menghidupkan panggung dengan energi khas yang membaurkan penonton dalam jalinan irama. Sudah menjadi tradisi kelompok ini, di mana kolaborasi dengan penonton menjadi bagian penting dalam pertunjukan.

“Ini hal biasa kita lakukan. Tapi kali ini ada permintaan agar disertai alat musik, jadi kami siapkan,” kata Purwanta Ipung, yang juga salah satu personel KUA Etnika. “Penonton itu pemain terakhir kami. Di panggung ada sepuluh pemain, dan penonton menjadi yang kesebelas,” ungkapnya saat tampil pada Sabtu, 19 Juli malam.

Tak heran, akhirnya lebih dari seratus kentungan dibagikan kepada para hadirin, dan mereka diminta memukulnya mengikuti pola irama yang dimainkan dari atas panggung.

Namun, penampilan malam itu lebih dari sekadar perayaan musik. Suasana berubah menjadi sakral ketika seluruh penonton diajak untuk mendoakan sosok Djaduk Ferianto, pendiri KUA Etnika yang juga menjadi salah satu pelopor Jazz Gunung.

“Kebetulan hari ini adalah hari lahir beliau, teladan kami. Mari kita berdoa bersama untuk Mas Djaduk,” ujar sang vokalis.

Suasana semakin terasa sakral ketika lagu “Nguntapne” dihadirkan. Komposisi yang diciptakan khusus untuk mengenang Djaduk itu seolah menghadirkan dialog sunyi antara penonton, musisi, dan alam Bromo yang membentang megah. Suasana yang akhirnya memberangus setiap jiwa untuk berada dalam satu rasa yang sama.

Di penampilan mereka yang ke-17 kali di Jazz Gunung ini, KUA Etnika seolah menjadi tuan rumah di festival jazz yang juga menginjak usia 17 tahun. Mereka menghadirkan tujuh lagu seperti “Matahari”, “Nguntapne”, “Sesaji”, “Swarna”, “Samukawise”, “Festival”, dan “Mademenan”.

Sebelumnya, di BRI Jazz Gunung Series 1 ini hadir grup-grup seperti Emptyyy, Jamie Aditya & The Mezzrollers, serta Love Is. Setelah kehadiran KUA Etnika, panggung diramaikan oleh lagu-lagu rancak dari Karimata dan RAN, yang memberikan warna tersendiri.

BRI Jazz Gunung Series 1 juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting seperti Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Bupati Probolinggo H. Muhammad Haris, serta Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Ketiganya turut larut dalam suasana yang menjadikan musik sebagai ungkapan syukur sekaligus bentuk perlawanan terhadap lupa.

Sebagai festival yang konsisten menyatukan alam, budaya, dan musikalitas etnik-modern, Jazz Gunung kembali menegaskan posisinya bukan hanya sebagai ajang pertunjukan musik, tetapi sebagai medium spiritual yang menyentuh kesadaran kolektif masyarakat.

Seminggu berselang, BRI Jazz Gunung 2025 Series 2 akan kembali digelar di Amphitheater Jiwa Jawa Resort pada 26 Juli 2025, serta seri ketiga di Ijen pada 9 Agustus mendatang. XPOSEINDONESIA/ AM

Must Read

Related Articles