“Klaten terkenal lewat Beras Delanggunya. Kami ingin mendorong sinergi antara musik Etno, Jazz dan Sawah”
Ajakan ini disambut dengan antusias oleh Juneadhi Mulyono, Lurah Desa Ponggok yang viral lewat wisata airnya. “Kolaborasi menjadi kata kunci ditengah dunia yang serba tak menentu. Dengan saling mendukung Wisata dan Pertanian, semoga kegiatan ini bermanfaat untuk masyarakat sekaligus jadi ajang ” ujarnya.
Hal yang sama diamini oleh Yusuf Murdani dari Komunitas Petani Muda Klaten, “Pertanian memiliki pola yang mirip dimana improvisasi harus kerap dilakukan manakala menghadapi cuaca, pasar atau teknologi maka Petani harus mampu beradaptasi”, ucapnya.
Bentuk adaptasi ini didukung pula oleh Daniel Timbul, seorang artpreneur asli Klaten dari Seroja Indonesia, yang menggali dan mengembangkan potensi desa lewat kelas artistiknya yang menjadi bagian dari Road to Klaten Etno Jazz Sawah. “Kami ingin potensi yang ada di manfaatkan dan dimaksimalkan. Dengan penggunaan material yang terabaikan dan ramah lingkungan melahirkan karya-karya artistik berbasis sumberdaya lokal”.
Sementara Rama Zakaria, menyampaikan dukungan AQUA Klaten soalperlunya integrasi pengelolaan bentang alam sub DAS Pusur, dimana Klaten Etno Jazz Sawah akan mengambil setting lokasi acara.
”Mengelola sumber daya air erat kaitannya dengan Kedaulatan Pangan, pendekatan kami secara ekosistem agar sumber air ini tetap lestari”.
Acara ini merupakan kolaborasi WartaJazz, Komunitas Petani Muda Klaten, Desa Wisata Ponggok, Seroja Indonesia, bersama AQUA.
Turut didukung oleh Pemerintah Kabupaten Klaten, Lestarilah Indonesia dan Grand Tjokro Hotel.
HTM sebesar IDR. 20.000,- sudah termasuk fasilitas berenang di Umbul Besuki & merchandise beras bisa didapatkan dengan melakukan pemesanan melalui link s.id/etnojazz XPOSEINDONESIA Foto Dokumentasi