Khusus untuk “Forever, sejak awal Bontot menyusun konsep lagu dengan mood akustik, dan tidak ingin terdengar kusut.
“Mungkin karena masalah umur juga. Mungkin karena fase aku sedang menuju usia 50, jadi lagi rada ingin santai, ingin mengajak orang enjoy, dan aku juga enjoy, dan bisa diterima oleh semua kalangan,” ucap Bontot. “Pengennya album ini bisa Forever, seperti judulnya bisa dinikmati selamanya. Intinya sih itu,” ungkap Bontot.
Menurut Bontot, meski ia menggarap album instrumental, ia ingin lagu lagu disitu bisa diterima seperti lagu pop.
Setiap membuat album instrumental, Botot mengaku selalu memikirkan harus ada satu lagu yang menjadi jagoan.
“Mungkin karena aku sering bekerja sebagai music director juga produser di album industri, jadi pola pikirnya terbentuk begitu. Kadang kadang lagu yang aku suka itu, harus bisa masuk ke pendengar, kalau bisa berumur panjang dan bisa (terkenal) kayak lagu “Bengawan Solo”, atau “Kemesraan“, itu kan lagu yang selamanya. Aku ingin lagu “Jatuh Cinta” bisa seperti itu,” Bontot melepas harap.
Tujuh lagu yang direkam dalam Forever antara lain berjudul “Jatuh Cinta”, “Carnival“, “Ingin Kumiliki”, “Bahagia”, “Air Mata“, “Kahyangan”, “Forever“. Semua lagu itu terdengar menenangkan, menyenangkan dengan diimbuhi riak riang, layak disukai dan menjadi favorit banyak orang.
“Sejak direncanakan, album ini memang diproyeksikan murni sebagai album instrumental. Meski ada lagu “Ingin Kumiliki”, yang pernah popular dengan Ruth Sahanaya. Di sini tetap dimainkan secara instrumental. Karena lagu itu belum pernah saya rekam untuk album pribadi,” tutur Tohpati yang memiliki dua anak perempuan, Kanti dan Tisti.
Bontot yang banyak dipengaruhi gaya bermain Pet Metheny ini, di masa remajanya pernah terpilih sebagai Gitaris Terbaik dalam Festival Band se-DKI (1985) dan Gitaris Terbaik dalam Festival Band se-Jawa (1989).