Tohpati merilis album solo instrumental ke 14 bertajuk “Forever”.
Album yang berisi tujuh lagu ini, dikemas dalam perpaduan gitar akustik dan musik orkestrasi dari Czech Symhony Orchestra yang dimainkan sekitar 50 musisi dari Praha, Republik Ceko.
Rekaman seluruh lagu dilakukan di Praha, sementara mixing dan mastering dikerjakan di Indonesia.
“Dari dulu, aku ingin punya album yang diiringi orkes besar yang benar benar grande, yang rekamannya live, tidak dubbing,” ungkap Tohpati dalam webinar yang diselenggarakan Triawan KH bersama Bliz TV dengan host Dion Momongan, Rabu 03 Juni 2020
“Bisa merilis album seperti ini, sebenarnya cita cita lama yang terwujud. Apalagi, hasil rekamannya, sangat bikin happy. Karena special banget. Kalau dihitung dengan uang, proses produksinya terhitung mahal, bahkan paling mahal di antara album album yang lain,” kata pria yang punya panggilan Bontot itu.
Bontot menyebut proses rekaman album ini dikerjakan secara mencicil dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun.
“Pengerjaannya saya lakukan bersamaan dengan project lain, dan pasti seijin project tersebut. Tiga kali saya bolak balik ke Praha,” katanya mengurai cerita.
“Kalau ke Praha, hanya exclusive untuk projek album ini, cost-nya lumayan bisa bikin boncos,” ungkap pria bernama lengkap Tohpati Ario Hutomo sambil tergelak.
Rutin merilis album setiap tahun, bagi pria kelahiran 25 Juli 1971 ini merupakan sebuah keharusan. “Kalau bisa sih pengennya bisa bikin album dua kali dalam setahun. Karena banyak ide yang ingin dikeluarkan,” tutur Tohpati.
Tidak Kusut & Liar
Sepanjang kariernya di industri musik Indonesia, yang sudah dimulainya dari pertegahan 80-an, Bontot dikenal telah menghasilkan karya yang memadukan elemen tradisional Indonesia, dengan unsur modern.
“Keluarnya banyak yang terdengar kusut seperti dalam album “Ethnomission” atau “Tohpati Bertiga”. Itu otaknya lagi overdrive terus. Liar,” ujarnya mengakui.