Di usia 62 tahun, gitaris kenamaan Dewa Budjana memilih cara istimewa untuk merayakan ulang tahun sekaligus ulang tahun perkawinannya yang ke 22 dengan Putu Borawati, yakni dengan merilis single terbaru berjudul Pranayama. Kata ini, yang berarti “pernapasan”, ia jadikan simbol rasa syukur atas anugerah umur panjang sekaligus napas baru dalam perjalanan musiknya.
“Tanpa bernafas, tidak ada kehidupan. Saya ingin menghadirkan musik yang sederhana, yang bisa dirasakan seperti sirkulasi napas,” ujar Budjana tentang makna di balik karyanya.
Napas, Musik, dan Meditasi
Bagi Budjana, musik tidak pernah lepas dari spiritualitas. Meditasi dan refleksi batin selalu menjadi bahan bakar lahirnya harmoni.
“Dalam meditasi, kita bisa fokus merasakan alur karya. Sebaliknya, karya juga bisa mendukung proses meditasi,” katanya.
Single Pranayama pun ia hadirkan bukan hanya sebagai lagu, tapi juga sebagai ruang refleksi—sebuah undangan untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan merasakan hidup.
Kolaborasi Orkestra di Praha
Menariknya, kali ini Budjana tidak merekam di Los Angeles seperti album-album sebelumnya. Ia justru membawa gitarnya ke Praha, bekerja sama dengan Czech Symphony Orchestra. Rekaman dilakukan secara live, tanpa pengulangan.
“Sebagai komposer, saya harus main sebaik mungkin. Tantangannya besar, tapi justru di situlah magisnya. Mereka cepat sekali, dalam satu shift empat jam, satu album langsung selesai,” kenangnya.
Sentuhan lokal juga tetap hadir lewat musisi tamu: Cucu Kurnia (kendang), Shadu Rasjidi (fretless bass), dan Aji Sangajie (handpan). Perpaduan orkestra Eropa dengan instrumen tradisi Nusantara menciptakan warna unik yang jarang terdengar.
Jejak Perjalanan Hidup
Budjana menyebut Pranayama sebagai karya reflektif. Di usia 62, ia merasa musiknya menjadi penanda waktu dan pengalaman. “Musik saya dinamis, kadang agresif, kadang sendu. Di momen ini, yang lahir adalah karya penuh refleksi,” ujarnya.
Ia bahkan menyebut lagu ini sebagai bentuk introspeksi. “Melodi dan harmoni saya anggap seperti kata dan laku. Kalau ada yang kurang baik di masa lalu, permintaan maaf itu penting.” Inspirasi dari falsafah Jawa dan Bali, termasuk tembang macapat, juga ikut memberi warna dalam penciptaannya.
Menuju Album Baru
Pranayama adalah bagian dari album terbaru Budjana yang seluruhnya direkam bersama orkestra Praha. Album ini berisi lima lagu—dua di antaranya baru, sementara tiga lainnya adalah karya lama yang diaransemen ulang dengan sentuhan orkestra. Semua orkestrasi ia tulis sendiri.
Budjana berharap musiknya bisa memberi ruang tenang bagi pendengar. “Semoga bisa dinikmati dalam suasana nyaman, bahkan jadi teman meditasi dengan cara masing-masing. Pranayama adalah doa agar kita semua diberi napas panjang oleh Yang Kuasa,” tutupnya. XPOSEINDONESIA/NS Foto : Dion Momongan