Lagu ini spesial karena dibiarkan bertumbuh sesuai dengan kebutuhan. Rancangannya berkembang terus seiring perjalanan waktu.
“Komposisinya lumayan berkembang dari hari pertama kita workshop. Kayak tumbuh terus dan akhirnya untuk jadi lebih komplitnya makan waktu lama. Pas sudah jalan pun, tiba-tiba kepikiran pakai orkestra. Lagunya sendiri belum sepenuhnya jadi, tapi gue kontak Erwin Gutawa. Dia menyambut, akhirnya berlanjut. Dari awal sampai kita rekaman bagian orkestranya, perlu waktu lebih dari satutahun,” papar Gerald lagi, sembari menceritakan keterlibatan Erwin Gutawa di lagu Merayakan Fana.
Barasuara yang kita kenal bersama hari ini, adalah Barasuara yang terus berkembang.“Dari segi musikalnya, yang sekarang ada adalah kumulatif dari perjalanan 10 tahun kami sebagai band. Kami sudah tahu mesti isi apa di dalam sebuah komposisi,” kata Gerald tentang kondisi Barasuara hari ini.
“Ini hal yang bagus di mana akhirnya saya membagi peran dan mengurangi dominasi penulisan lagu. Yang lain sekarang bisa sumbang peran di sisi artistik. Di setiap belokan aransemennya akan ada belokan mencolok. Kita sama-sama bisa lihat dramaturgi yang moodnya berubah-ubah sesuai kebutuhan. Lagunya hampir tidak ada pengulangan secara utuh. Secara keseluruhan, ini membukagerbang baru yang menarik untuk Barasuara sebagai band,” timpal Iga Massardi.
Disambung Puti Chitara, “Barasuara lebih tenang, lebih kalem tapi musiknya makin kencang. Secara tema lebih dalam, lebih filosofis.”
Hal yang sama juga diungkapkan Marco, “Sekarang kami lebih dewasa, lebih fokus, lebih tahu tujuannya. Kalau dulu merasa lebih kayak pengen semua jurus dan semua api dikeluarkan. Kalau sekarang lebih efektif.”
Asteriska, menambahkan lagi. Katanya, “Di era sekarang ini, aku merasa energi Barasuara lebih apa adanya, melebur, lebih membuka pikiran karena sudah belajar lebih banyak lagi soal kehidupan dan ego.”
Kesepahaman tentang titik di mana Barasuara sebagai sebuah unit berdiri, menjadi modal penting untuk terus berjalan ke depan.