Hasnita Taslim : Mengubah Musibah Jadi Berkah

- Advertisement -

Terlahir Normal

Hasnita terlahir normal. Tidak pernah terbetik sedikit pun jika dirinya akan menjadi cacat seumur hidup dan menyandang status sebagai disabilitas.

“Saya menjadi cacat setelah kecelakaan saat berlibur di Bali.

Ia terlindas truk, kakiku patah. Tulangnya ada yang hilang karena hancur, remuk, sampai harus operasi sebanyak 5 kali untuk transplantasi kulit dan transplantasi tulang.

- Advertisement -

Selama 4 bulan Hasnita hanya  terbaring di tempat tidur di rumah sakit. Tidak sedikit pun kakiku menyentuh lantai,  aktivitasnya hanya di tempat tidur.

Ketika sembuh dan  bisa kembali ke rumah, Hasnita mulai belajar menerima keadaan dirinya sebagai disabilitas dengan menggunakan alat bantu kursi roda  untuk beraktivitas. Kakinya tak lagi dapat menopang bobot tubuhnya untuk berdiri dan berjalan.

Ia bersyukur mendapat dukungan yang besar dari orang tuanya, terutama sang ibunda.

- Advertisement -

“Mama saya selalu bilang, sekarang ini lakukan sesuatu yang membuat kamu bahagia. Kebetulan saya  hobi main biola, jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu di studio untuk berlatih  biola!

Tapi lama kelamaan,  Hasnita ingin berinteraksi dengan dunia luar. Apalagi setelah ia bisa berdamai dengan keadaan.

“Akhirnya saya pergi ke mall, pakai 2 tongkat. Ternyata, semua mata memandang. Rasanya saya  ingin bilang, please, jangan pandangi saya. Saya sama dengan kalian,” urai Hasnita, lagi.

Keluarga Ikut Membangun Mental

Sementara itu, Desainer Nina Nugroho yang menjadi host acara live IG yang digelar  setiap Jumat mulai jam 16.30-17.30 WIB itu tergelitik menanyakan hal-hal yang menjadi penghambat para disabilitas untuk mencapai keberdayaan diri.

Menurut Hasnita, semua itu tidak terlepas  dari bagaimana para disabilitas membangun mental positif serta besarnya  dukungan dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.

Di Indonesia ada 20 juta penyandang disabilitas, namun hanya sekitar 19 persen yang bisa kuliah, 18 persen tamat SMA dan  sisanya 63 persen lulusan SMP dan SD.

Kebanyakan yang tidak melek pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi berada di kawasan pedesaan.

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -