“Dengan kondisi pandemi begini, target mungkin akan diturunkan. Bisa dapat 50 juta penonton seperti tahun lalu pun mungkin tidak bisa dikejar. Beberapa produser mengatakan, tidak usah kejar target, bisa survive saja sudah Alhamdulillah. Tapi tentu, kita tetap harus bangkit lagi.” ungkap Aris.
Untuk menghadapi masa kenormalan baru, menurut Aris, kegiatan promosi penting diarahkan kepada kegiatan online melalui influencer marketing. Ini bisa menjadi focus baru bagi production house (PH) dalam menjalankan strategi marketing sekaligus mengejar target penontonnya.
Penggunaan influencer sebagai bagian dari kampanye film dinilai Aris sangat strategis. “Sekadar ilustrasi, saya pernah menggunakan 50 mikro influencer dan 20 makro influencer. Belanja budget itu kurang lebih sepertempat dari total budget yang dianggarkan untuk promotion dan advertising,” lanjut Aris lagi.
Aris menilai, penggunaan influencer dalam mempromosikan sebuah film juga sangat efektif. Karena kegiatan mereka sangat terukur. “Kita bisa lihat berapa view, berapa impressions, berapa engagement-ya. Itu semua sudah menjadi report kita untuk ke PH.
Menurut Aris, dengan menggunakan influencer yang punya ribuan bahkan jutaan follower, mereka bisa mendatangkan banyak penggemar.
Mungkin bisa jadi akan ada sekitar 1000 orang berkumpul, bahkan ada yang memecahan kaca bioskop segala. Tapi apakah mereka masuk ke dalam bioskop dan membeli tiket, ya belum tentu.
“Bahwa jumlah yang hadir akan equivalent dengan jumlah penjualan tiket, memang masih tanda tanya besar. Tapi kegiatan itu bisa terukur dari view, impressions, dan engagement-nya,” ungkap Aris
Sementara itu, perancang grafis poster film Thovfa Endone mengusulkan, “Sepertinya kita memerlukan sudut pandang baru dalam mempromosikan sebuah film dan menarik penonton datang ke bioskop,” kata Thovfa Endone,