Ada pula Pantun Hijau karya pelajar, guru dan orang tua siswa serta alumni dari Sekolah Alam Indonesia (SAI) maupun Sekolah Alam Cikeas yang menyajikan tentang perlunya merawat, menjaga lingkungan serta pelestarian alam dalam bingkai bumi secara mikro maupun makro.
Menurut Naning, pesan yang mereka tulis jika disosialisasikan gaungnya akan menjadi program nasional yang merupakan salah satu pilar untuk mewujudkan Indonesia Emas secara ekologi.
Karya pantun yang masuk diseleksi dewan kurator yang terdiri dari Adri Darmaji Woko, Naning Pranoto, Kurniawan Junaedhie, Yeni Fatmawati Nenden Lilis, Nia Samsihono, Masuki M. Astro (redaktur di LKBN ANTARA/antaranews.com), dan Didien Pradoto.
“Besar harapan saya antologi ini bisa menjadi pembawa pesan berantai untuk menjaga bumi tetap hijau, rumah kita satu-satunya,” tegas Naning alumnus Universitas Nasional (Unas) Jakarta.
Demi bisa terbitnya buku dan e-book ini, panitia menjalin kerja sama dengan berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang aktif berliterasi, guru/dosen, KBRI Kuala Lumpur, KBRI Belgia, Konjen Negara Bagian Victoria Australia, Konjen Hong Kong dan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong.
Selain itu juga menjali kerja sama dengan tokoh pendidikan di Finlandia, tokoh kesenian di Amerika Serikat dan (Perhimpunan Sastrawan dan Budayawan Negara Serumpun (PSBNS) yang diketuai oleh Dr. Free Hearty alias Bundo Free
Sementara itu, penyair dan perupa Yeni Fatmawati mengatakan, terbitnya antologi pantun Ini merupakan wujud dari kerja kreatif dan kolektif berfondasikan āruh cinta negeriā untuk melestarikan budaya adiluhung para leluhur.
“Ratusan pena mencipta pantun dilakukan oleh berbagai pihak: pelajar, mahasiswa-mahasiswi, budayawan, sastrawan, penyair, guru, dosen serta masyarakat pecinta pantun, melalui proses kreatif yang berbeda-beda,” kata pendiri Yayasan Papatong yang bergerak dalam pengembangan seni, budaya dan lingkungan ini. XPOSEINDONESIA Teks dan Foto : Muhamad Ihsan