Jumat, Februari 21, 2025

Naning Pranoto dan Yeni Fatmawati Rilis Buku Antologi 1001 Pantun Nusantara dan Negeri Serumpun

Kecil Besar

Pengiat literasi Naning Pranoto dan Yeni Fatmawati dari Papatong Artspace merilis buku Antologi 1001 Pantun Nusantara dan Negeri Serumpun.

Dengan rilisnya buku  Antologi 1001 Pantun Nusantara dan Negeri Serumpun, Naning  dan Yeni Fatmawati yang memiliki kepedulian besar terhadap kekayaan budaya bangsa, berhasil mengajak anak-anak muda ikut peduli dalam melestarikan pantun, tidak sebatas hanya menjadi warisan budaya lisan.

Pelatihan Lewat  Zoom

Demi suksesnya penulisan buku, Naning dan Yeni kemudian menyelenggarakan kegiatan dengan tajuk “Program Penulisan 1.001 Pantun” (PP 1.001 P).

“Kami mengajak generasi muda  untuk betul-betul bangga dengan kekayaan bangsa ini. Dan memanfaatkan momentum ini dan ikut memelihara warisan leluhur bangsa,” kata Naning.

Naning dan Yeni mengaku sudah berkomunikasi dengan perwakilan Unesco di Indonesia untuk menyampaikan buku berisi 1.001 pantun tersebut dan menjadi dokumentasi Unesco. Perwakilan Unesco di Indonesia menyambut gembira program ini.

Menurut Naning Pranoto, buku ini memuat 1001 pantun yang ditulis oleh para peserta dari beragam latar belakang. Ada pelajar, mahasiswa, dosen, dan masyarakat pecinta pantun dari berbagai profesi.

Alhasil, tulisan memuat beragam jenis pantun yang terdiri antara lain, pantun budaya, pantun nasihat, pantun kebangsaan, pantun kuliner, pantun adat, pantun jenaka, pantun muda-mudi, pantun hijau (pelestarian lingkungan).

Naning merasa takjub pada kemampuan para peserta.

“Pelatihan  kami berikan hanya  sebulan lebih melalui zoom, dengan peserta berasal dari berbagai daerah di Tanah Air. Karya mereka  mampu menyajikan pantun yang unik sesuai tema yang diberikan,” kata Naning.

Naning  memberi contoh, penulis pantun dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya mampu menyajikan budaya, kuliner, lokasi wisata, adat-istiadat, kesenian hingga seni-kriyanya ke dalam pantun yang mereka tulis.

Demikian pula penulis pantun dari Tana Toraja, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Tanah Pasundan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Betawi hingga Malaysia, Singapura, Belgia dan Finlandia serta wilayah lainnya juga bercerita tentang ’negeri’ mereka.

Ada pula Pantun Hijau karya pelajar, guru dan orang tua siswa serta alumni dari Sekolah Alam Indonesia (SAI) maupun Sekolah Alam Cikeas yang menyajikan tentang perlunya merawat, menjaga lingkungan serta pelestarian alam dalam bingkai bumi secara mikro maupun makro.

Menurut Naning, pesan yang mereka tulis jika disosialisasikan gaungnya akan menjadi program nasional yang merupakan salah satu pilar untuk mewujudkan Indonesia Emas secara ekologi.

Karya pantun yang masuk diseleksi dewan kurator  yang terdiri dari Adri Darmaji Woko, Naning Pranoto, Kurniawan Junaedhie, Yeni Fatmawati Nenden Lilis, Nia Samsihono, Masuki M. Astro (redaktur di LKBN ANTARA/antaranews.com), dan Didien Pradoto.

“Besar harapan saya antologi ini bisa menjadi pembawa pesan berantai untuk menjaga bumi tetap hijau, rumah kita satu-satunya,” tegas Naning alumnus Universitas Nasional (Unas) Jakarta.

Demi  bisa terbitnya buku  dan e-book ini, panitia menjalin kerja sama dengan berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang aktif berliterasi, guru/dosen, KBRI Kuala Lumpur, KBRI Belgia, Konjen Negara Bagian Victoria Australia, Konjen Hong Kong dan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong.
Selain itu juga menjali kerja sama dengan tokoh pendidikan di Finlandia, tokoh kesenian di Amerika Serikat dan (Perhimpunan Sastrawan dan Budayawan Negara Serumpun (PSBNS) yang diketuai oleh Dr. Free Hearty alias Bundo Free

Sementara itu, penyair dan perupa Yeni Fatmawati mengatakan, terbitnya antologi pantun Ini merupakan wujud dari kerja kreatif dan kolektif berfondasikan ’ruh cinta negeri’ untuk melestarikan budaya adiluhung para leluhur.

“Ratusan pena mencipta pantun dilakukan oleh berbagai pihak: pelajar, mahasiswa-mahasiswi, budayawan, sastrawan, penyair, guru, dosen serta masyarakat pecinta pantun, melalui proses kreatif yang berbeda-beda,” kata pendiri Yayasan Papatong yang bergerak dalam pengembangan seni, budaya dan lingkungan ini. XPOSEINDONESIA Teks dan Foto : Muhamad Ihsan

Must Read

Related Articles