Bagi Iwet Ramadhan, motif X LCDP mengingatkannya pada motif Kawung pada batik. Sebuah motif paling dasar dan termasuk yang paling tua di jajaran sejarah motif batik. Motif ini bisa dikatakan sebuah simbol kesempurnaan.
Kawung atau Suwung yang berarti kosong merupakan simbol kenetralan jiwa & pikiran juga pengendalian diri tingkat tinggi. Simbol kemurnian, kesucian dan kesempurnaan. Maka berpadulah simbol serta bahasa masa lampau dan masa kini, dengan artinya masing-masing. “Motif Kawung ini selalu dipakai Semar, manusia titisan Dewa yang berakhlak sangat baik, memiliki pemikiran-pemikiran tajam dan sangat bijaksana”,” ujar Iwet Ramadhan
Iwet kemudian meminta Achmad, seorang pemuda sederhana, berumur 22 tahun, yang sedang bersekolah agama di Jakarta Utara, untuk melukiskan motif batik LCDP ini pada selembar kain, “Ini dikerjakan dengan tehnik membatik yang rumit,” kata Iwet, “Achmad ini tergolong manusia unik. Dia masih muda, tapi tidak tertarik gadget dan kebut-kebutan. Ia malah berminat besar pada membatik. Achmad juga tengah belajar tehnik pembatikan dan pewarnaan kuno pada kain yang diadakan sebuah balai pelatihan di Jakarta,” ungkap Iwet lagi
Kain batik berlogo X LCDP ini masih dalam proses penyelesaian, jika kelak selesai, Oleg dan Iwet bersepakat untuk melelangnya. Sebagai penggagas Oleg Sanchabakhtiar berharap, motif ini bisa turut memperkaya motif batik dari generasi kini ke dalam khasanah perbatikan negRI. “Semoga juga bisa menarik minat anak muda sekarang untuk ikut menjaga warisan bangsa,” begitu katanya. XPOSEINDONESIA/NS Foto: Dudut Suhendra Putra
More Pictures