Mendengar ide itu, Bens merasa tertantang. Karena sangat jelas, isi buku akan berbeda dari sekedar sebuah kisah perjalanan hidup. “Apalagi buku akan dipajang di Museum Musik Indonesia di Malang,” ujar Bens
Pada Maret 2021, di tengah kesibukannnya sebagai juri terbang di Nusa Tenggara Timur, Bens mulai merancang lebih lengkap isi bukunya.
Ia kemudian melibatkan rekan kerjanya, Nini Sunny yang pernah bersamanya menulis Buku Tembang Untuk Bangsa, Bahasa Musik SBY pada 2011.
Menurut Bens, Nini Sunny pula yang memetakan perjalanan jurnalistik Bens, usai ia keluar dari Aktuil. Bens juga melibatkan banyak pihak untuk buku ini, diantaranya para fotografer antara lain, Indrawan Ibonk, Dudut Suhendra Putra, Muhamad Ihsan dan Dion Momongan.
Tiga Babak Bens Leo
Buku “Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik” terbagi dalam tiga “babak” besar.
Babak Pertama, memuat artikel hasil wawancara Bens Leo dengan para musisi, dan laporan hasil liputan Bens Leo saat jadi wartawan Aktuil perwakilan Jakarta
Terlihat pada artikel, pola menulis masih menggunakan ejaan Bahasa Indonesia lama, dengan paragraph yang sangat panjang
Sementara era di luar Majalah Aktuil, artikel ditulis dengan paragraph pendek. Dan pembentukan kalimat yang lebih ringkas.
“Ini untuk membedakan gaya dari era penulisan Aktuil dengan era hari,” kata Nini Sunny
Pada “babak” kedua buku ini termuat sebuah otobiografis dari Bens Leo.
“Seluruh aktivitas jurnalistik saya mulai dari Majalah Gadis dan Anita Cemerlang, kerja di Radio, menjadi juri, bahkan memasuki dunia media digital dengan mendirikan web berita www.xposeindonesia.com dan siaran via Instagram live, ditulis lengkap di sini. Saya termasuk wartawan yang berkarir di media cetak dan mampu terus aktif memasuki dunia media digital seperti sekarang,” kata pria kelahiran Pasuruan 8 Agustus 1952 ini.