Arya mengaku, belajar gitar dengan melihat video YouTube dari gitaris ternama favoritenya salah satunya Jimi Hendrix. “Sering nontonin berjam jam, kemudian ngulik lagu itu lewat latihan, lalu memainkannya di panggung,” kata Arya.
Menanjak duduk di bangku SMA Pangudi Luhur, Jakarta, Arya mulai membangun band. Dan main di beberapa kafe di kawasan Kemang Jakarta Selatan, dengan formasi band yang menurut istilah Arya “people come and go’. Tentu saja Arya termasuk musisi café termuda, dan yang dikejar saat itu bukan honorarium, tapi sosialisasi dengan beragam musisi.
Ketika ditanya kenapa senang musik blues, Arya menjawab, “Aku suka feeling blues. Blues itu juga tentang orang baik yang berperan jelek. It is about good man feeling bad. Maksudnya down to earth,” ungkap Arya yang kerap menggunakan bahasa Inggris dalam percakapannya.
Lantas kenapa gitar? Kenapa bukan instrument lain? Arya menjawab sambil meraih gitar, kemudian memainkan teknik bending dan sliding musik blues pada gitar listrik berwarna merah. “Hanya gitar yang bisa menghasilkan bunyi begini. Di instrument lain gak bisa,” katanya. (dilihat pada akun @arya.novanda https://www.instagram.com/p/CGCp1fjn-71/ atau akun Instagram @bensleo52 https://www.instagram.com/p/CGCAPb9FI3Y/
Di masa SMA pula, Arya sudah mulai menulis lagu sendiri. Dan merilis lagu bertajuk “I” yang dimainkan bersama Bowie GBS (Drums), Febriansyah (Bass).
“Masih asal asalan bikinnya. Masih anak kecil dan childish banget,” kata Arya tentang lagu pertamanya itu.
Ide lirik lagu “I”, menurut Arya “Tentang masuk sekolah yang sering telat. Maksudnya bukan cuma sekolah doang, tapi juga tentang fase fase SMA yang masih tidak jelas, sering “mess up”. Mencari jati diri. Dengerin aja lagunya, nanti ngerti sendiri. Terserah kalian mengartikannya seperti apa. Ambigu lebih baik,” ujarnya terdengar cerdas dan berisi bercerita tentang lagu pertamanya itu.