
Lola Amaria Productition bekerja sama dengan Australia (Kemitraan Australia Indonesia untuk Kesehatan Ibu dan Bayi (AIPMNH ) membuat film dokumenter fiksi, yang “berat” secara isi, namun digambarkan secara indah dan menyentuh. Terlebih dukungan ilustrasi musik yang ciamik karya Ivan Nestorman, membuat film ini enak ditonton.
Judulnya “Inerie” ( Mama Yang Cantik ) bercerita tentang keselamatan seorang ibu hamil saat melahirkan. Film yang disutradarai Chairun Nissa ini mengambil lokasi syuting di desa yang sangat indah di Tololela, Flores.
“Inerie” berkisah ada sepasang saudara kembar Bella (Maryam Supraba) dan Bello (Emanuel Tewa) dari desa Tololela, Bajawa, Pulau Flores. Bello yang sempat merantau ke luar dari desanya, ketika kembali mendapati adik kembarnya sedang hamil anak ketiga. Anak kedua Bella wafat ketika melahirkan.
Bella bersikeras ingin melahirkan di rumah. Karena adat memang seperti itu. Namun Bello meminta adiknya bersalin di puskesmas, terlebih ia melihat Bella tidak terlalu sehat sepanjang hamil. Ide Bello bukan hanya ditentang Bella, namun juga dijegal ayah dan warga setempat.
Sikap Bella melunak, namun untuk bersalin di rumah sakit Bello dan warga setempat harus membuat tandu dan mengangkat Bella dengan berjalan kaki lebih dari setengah hari. Sebuah upaya penyelamatan ibu dan bayi yang sangat menyentuh.
Sumbangsih Australia Untuk Ibu & Anak
John Leigh, Direktur Unit Kesehatan Luar Negeri dan Perdagangan Australia menyebut, Australia sejak tahun 2008 sudah mendukung upaya Indonesia dalam meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu dan bayi di 14 dari 22 kabupaten di Nusa Tenggara Timur.
“Tujuannya membantu Indonesia memberikan sumbangsih pada pengurangan kematian ibu dan anak,” katanya pada saat press conference film ini di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/6/2014).
Seperti kita tahu, di berbagai pelosok tanah air, peningkatan kesehatan ibu dan anak masih menjadi tantangan besar. Angka kematian ibu saat melahirkan masih tinggi. Ini terjadi karena banyak wanita di pelosok masih melakuan persalinan di rumah dengan bantun keluarga dan dukun tradisional.
Alasan lain, karena adat juga persepsi negatif mereka tentang layanan kesehatan. Belum lagi masalah kemiskinan, dan tak ada kemampuan biaya untuk bersalin di puskesmas atau rumah sakit, di samping jarak tempuh dari rumah ke puskesmas memang sangat jauh.
Dengan dasar persoalan itulah “Inerie” diproduksi. Lola Amaria, selaku Produser, menyebut “selain mencoba mengangkat pesan baik, kami juga menyajikannya dalam kemasan gambar yang memperlihatkan geografis juga adat istiadat masyarakat yang betul-betul indah di NTT,” ungkap Lola.
Lola berharap, film ini bisa memberikan dampak positif pada menurunnya tingkat kematian ibu saat melahirkan. ” Semoga masyarakat semakin terbuka pikirannya, dan pemerintah bisa membuat aturan baru di mana semua lapisan masyarakat dapat terfasilitasi saat melahirkan,” imbuhnya.
Jhon Leight, menyebut film ini akan diputar di 10 kabupaten di Nusa Tenggara Timur dan disiarkan di stasiun TV setempat. “Di masa depan, kami siap menjalani kerja sama dengan pihak Indonesia, dalam program kesehatan yang seperti ini. XPOSEINDONESIA./Nini Sunny. Foto : Dudut Suhendra Putra
More Picture