Film Eksil berdurasi 119 menit diproduksi Lola Amaria Production selama beberapa tahun di enam negara dengan metode penggalian arsip, mengungkap sejarah traumatis penyintas melalui wawancara.
Sebagai sutradara perempuan, Lola berani mengangkat kisah yang mengharukan, lembut, dan penuh harapan. Bersama Gunawan Rahardja, Lola menulis scenario film ini. Dibantu penyunting gambar Shalahudin Siregar.
Lokasi wawancara para eksil ini sengaja ditempatkan pada beragam sudut, kadang tanpa bantuan pencahayaan optimal, namun ini malah membuatnya menjadi sangat natural. Karena memperlihatkan sudut dapur yang kecil, kebun yang mengering di musim gugur, atau dalam rumah yang sesak dengan tumpukan buku-buku yang sama sekali tak tersusun rapih.
Film Eksil menarik karena menawarkan sejarah yang hampir dihapus dari berbagai sudut pandang. Sekaligus mengajak penonton untuk tidak dengan enteng menempelkan stigma (prasangka yang mendeskreditkan seseorang). Karena Stigma itu sejatinya akan membekas pada orang tersebut seumur hidupnya, bahkan menghilangkan hak hidupnya. Sementara sang pemberi stigma bisa bebas dan sama sekali tak bertanggungjawab.
Selama pembuatan film yang dimulai sejak 2015, beberapa tokoh dalam dokumenter ini ada yang sudah meninggal atau sakit karena usia lanjut. Film dokumenter untuk usia 13 tahun ke atas ini diperuntukkan bagi generasi milenial dan gen Z agar tidak kehilangan jejak sejarah bangsanya.
Film Eksil tayang perdana 27 November 2022 melalui program kompetisi JAFF Indonesian Screen Awards festival film Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022, dan meraih penghargaan kategorti Best Film, juga meraih film dokumenter panjang terbaik Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 XPOSEINDONESIA/NS. Foto : Dokumentasi