
Dalam sebuah survei, Indonesia dinyatakan menjadi negara nomer satu dalam hal community response untuk membantu yang terdampak Pandemi Covid 19.
Hasil survei tersebut, tertuang dalam makalah Ketua Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI) Candra Darusman bertajuk “Seni Musik di Era Pandemi”.
Makalah ini dipresentasikan Candra dalam Diskusi Daring “Saatnya Bangkit Bersama” yang digelar Direktorat Perfilm, Musik dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KOPHI) Rabu (2/9/2020).
Candra menyebut FESMI telah mengadaan survei internal terhadap 1.400 responden di 22 provinsi di Indonesia. “Hasilnya memperlihatkan ada tiga kelompok musisi yang terpetakan selama terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia, sejak Maret 2020.
“Kelompok tersebut adalah, kelompok Mapan, Pas- Pasan, dan kelompok Rentan yang tidak tahu lagi mau ngapain,” kata Candra Darusman
Menurut Candra, pada kelompok Mapan, musisi tidak perlu dibantu selama pandemi Covid-19. “Karena mereka bisa menggelar konser live streaming sendiri, punya ruang gerak untuk tetap berkreasi, bahkan ada yang mengambil sekolah lagi!” ungkapnya.
Sementara pada kelompok pas-pasan, diketahui memiliki modal tapi mulai habis (dan mulai beralih pekerjaan) yang harus dilakukan pemberdayaan, mencarikan modal, pelatihan e-commerce dan modul latihan live streaming untuk memulai usaha baru.
“Sedangkan (musisi) kelompok rentan diberi bantuan sembako, bantuan langsung tunai dan rumah singgah. Sejauh ini FESMI sudah menyalurkan Rp 600 juta ke para musisi, terutama kelompok rentan dan pemberian bantuan ini masih berlanjut sampai sekarang.” tutur Candra
Pada kelompok rentan ini pula, FESMI juga membantu kelompok musisi jalanan yang memang sudah masuk dalam profil sosial ekonomi musisi Indonesia. “Ada sebanyak 3 persen musisi jalanan dari total 1400 responden,” kata Candra Darusman.
Secara keseluruhan, menurut Candra, bencana Pandemi Covid 19 ini mempercepat migrasi beberapa bidang, misalnya kegiatan Physical bermigrasi ke digital (digitalisasi) dan memancing kreativitas yang sama sekali baru yakni concert live streaming.
“Semakin banyak konser yang kini diselenggarakan secara live streaming, seperti “Konser 7 Ruang”, konser dari rumah untuk HORECA (hotel, restoran dan café), juga konser ala drive in yang baru diselenggarakan Agustus lalu. Konser live streaming itu bukan hanya dilihat oleh orang Indonesia, tapi juga bisa disimak dunia,” kata Candra.
Di luar semua itu, secara umum Candra melihat Pandemi ini juga memunculkan semangat kolaborasi dan gotong royong. “Kita bisa lihat berbagai penggalangan dana dibuat dan dikumpulkan lewat sejumlah platform seperti kitabisa.com, benih baik.com dan lain-lain!”
Keringanan Pajak Tontonan
Selain Candra Darusman, tampil pula beberapa narasumber, antara lain Harry Koko Santoso (promotor musik), Firman Bintang (Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dan Edi Irawan (Kepala Kelompok Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru Kemendikbud RI).
Harry Koko Santoso, promotor musik ternama, menyatakan, cukup senang melihat banyak konser streaming digelar di media sosial. Namun, ia melihat, tidak banyak musisi yang bisa melakukannya, sekaligus bisa mendapatkan nilai komersial.
“Pentas steraming adalah bentuk kreativitas baru yang harus didukung. Tetapi masih jauh dari harapan dalam soal menghasilkan nilai komersial,” kata Harry Koko.
Menurut Harry, pementas musik live di masa new normal memerlukan penegakan protokol kesehatan yang benar. “Bukan hanya perlu masker dan hand sanitezer, tapi juga perlu physical distancing. Karena itu untuk live show diperlukan lahan yang sangat besar. Terlebih untuk pementasan grup musik seperti Slank,” katanya.