
Di rumah sakit ini pula, untuk pertama kalinya dalam sejarah di Indonesia dilaksanakan operasi bedah jantung terbuka.
Pada 31 Juli 1997, YHK menyerahkan pengelolaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
TMII : Membangun Pariwisata dan Merawat Budaya
Dalam bidang Pariwisata dan Budaya, YHK telah sukses membangun berbagai sarana kebudayaan, seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), juga Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP).
Pada awal pembangunan TMII, gagasan Ibu Tien membangun Indonesia dalam format miniatur di satu tempat terintegrasi seluas 150 hektar, kelihatannya berlebihan juga terlalu mubazir. Apalagi dikelilingi dengan kereta gantung dan monorail. Aduh untuk apa?
Tapi lihatlah hari ini, TMII bukan hanya telah menjadi destinasi wisata murah yang paling popular di Indonesia. Namun, telah jadi warisan dari Ibu Tien yang memperlihatkan wajah kebhinekaan budaya Indonesia yang aman juga nyaman. Meskipun, berbeda-beda bentuk adat istiadat dan bahasa. Ini juga berguna bagi generasi mendatang dalam mengenali budaya leluhur.
Pun begitu pula pada pembangunan TAIP. Ternyata, YHK bukan hanya mendirikan sekedar taman indah tempat rekreasi, tapi juga bisa memperlihatkan koleksi ratusan varietas anggrek dari seluruh dunia. Ibu Tien menjadikan tempat ini sebagai pusat informasi, balai penelitian dan pengembangan bibit anggrek.
Dari tempat ini pula, masyarakat dicerahkan dan mendapat informasi, bahwa Anggrek Bulan ternyata menjadi salah satu bunga nasional Indonesia dengan predikat Puspa Pesona. Sementara Bunga Melati yang tumbuh tersebar di halaman rumah kita, disebut sebagai Puspa Bangsa.
Pada 17 Juni 1987, atas nama YHK Ibu Tien menghibahkan seluruh kompleks TMII kepada Pemeritah RI. Dan Presiden Soeharto memercayakan pegelolaannya dilaksanakan oleh pengurus YHK.
Mengokohkan Pendidikan lewat Perpustakaan & Museum
Perhatin Ibu Tien Soeharto pada soal pendidikan dan pentingnya budaya membaca sekaligus menyimpan koleksi buku dan bacaan terasa kuat.
Ini terlihat ketika ia meminta YHK untuk membangun perpustakaan nasional yang kemudian diresmikan pada 1989. Kabarnya, perintah ini muncul sehabis beliau menyaksikan pameran surat kabar di Monumen Nasional yang ternyata ruangnya kurang terawat dan pengap.
Ibu Tien juga serius memperhatikan perawatan, penyajian serta pelestarian warisan budaya dalam Museum. Ini bisa ditemui di sejumlah tempat wisata dalam lingkungan TMII yang dilengkapi beragam museum. Mulai dari Museum Iptek, Museum Listrik, Museum Tekstil dan lain-lain.
Hari ini, setelah 51 tahun berkarya, YHK bersama Ibu Tien Soeharto, telah meninggalkan banyak warisan penting di bidang kesehatan, budaya dan pariwisata juga pendidikan untuk negeri ini.
Dalam menjalankan perannya di YHK, Ibu Tien berpikir dengan pola sederhana. Namun, memiliki efek spektakuler untuk perkembangan kehidupan seluruh bangsa Indonesia.
Kini, di tangan kepemimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, YHK akan meneruskan ide ide besar sang Ibu dengan semangat sama. “Berbagai sumbangsih Yayasan ini, pada gilirannya kita harapkan turut memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara. Amiin ya robbal’alamiin,” ucap Tutut menutup pidato. XPOSEINDONESIA/Nini Sunny Foto Eddy Karsito.