Workshop berlangsung 3 hari untuk teori, dan satu hari untuk praktek tersebut berlangsung di ruang belajar Kursus Perfilman Umum Yayasan Citra. “Ada 35 peserta yang berusia antara 15-35 tahun yang ikut. Mereka diseleksi dari ratusan yang mendaftar,”kata Budi
Para peserta datang dari berbagai jenis Disabilitas, mulai dari autis, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita dan kaum marginal, korban narkoba paska rehabilitasi.
“Workshop ini memberi kesempatan kepada sahabat Disabilitas untuk mengenal sedikit tentang dasar yang digunakan dalam pembuatan film. Jadi bukan untuk mendidik mereka jadi sineas. Karena untuk itu, butuh waktu panjang dan metode pendidikan yang disusun dalam kurikulum yang baku,” kata Budi.
Budi yang membentuk Komunitas Tuna Netra Cinta Film Indonesia menegaskan, kegiatan workshop inklusi film akan dilanjutkan lagi pada tahun ini. “Untuk memberi kesempatan pada sahabat Disabilitas dalam mendapatkan pengalaman yang berbeda dan mendapatkan tambahan ilmu,”kata Budi.
Budi lantas menyebut KCFI sudah produksi 4 film pendek hasil karya sahabat Disabilitas. “memang belum sempurna betul. Masih banyak kekurangan, sebab keterbatasan perlengkapan alat pengambilan gambar. Selama ini kami dibantu oleh Pusbang Film, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Budi.
Budi mengaku masih menyimpan impian besar lain, yakni membuat Festival Film Inklusi. “Rencana ini sedang kita godok, dan in sya Allah bisa diwujudkan dalam waktu dekat!” katanya.
Diskusi Publik sehari yang bertajuk “Peluang kerja di Industri Perfilman Bagi Disabilitas” yang dipandu Moderator Didang Praja Sasmita ini, menampilkan pula tiga pembicara lain yakni Gufron Sakaril (Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia), Slamet Rahardjo (Aktor dan Sutradara), Fanny Efrita (Talent Acquisition in Thisable Enterprise). XPOSEINDONESIA/NS Foto : Herman Wijaya