Radio Republik Indonesia Optimisme Baru di Era Digital

- Advertisement -
- Advertisement -

Lahir sejak 11 September 1945, Radio Republik Indonesia atau populer dengan sebutan RRI, adalah radio tertua di Indonesia. Tak bisa dipungkiri, bahwa kelahiran RRI pada masa itu sempat menjadi idola dan satu-satunya radio yang bisa dinikmati di ranah republik ini. Menjadi corong informasi sampai pada akhirnya menemukan pesaing-pesaing baru dengan nafas lebih segar dari radio-radio swasta yang kemudian bermunculan.

RRI Sejak lima belas tahun silam, RRI berubah bentuk dari yang sebelumnya merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Penerangan menjadi Perusahaan Jawatan. Tak bisa juga kita pungkiri, bahwa keberadaan RRI sebagai lembaga penyiaran publik ketenarannya jauh makin ditinggal oleh pendengarnya, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Menyikapi hal tersebut, RRI mulai memunculkan program-program baru dan kian gencar membangun bisnis untuk menjadikannya makin relevan di masa kini.

Sebuah wacana dan pergerakan RRI di masa sekarang kembali digelar, guna untuk merebut kembali pangsa pasar yang telah lama lepas dari jangkauan. Maka pada pekan lalu lewat sebuah acara “Temu Mitra dan Marketing Update 2016 RRI”, di Kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta, RRI coba menerapkan jurus baru untuk era modern saat ini.

- Advertisement -

Dalam keterangannya, Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha Radio Republik Indonesia, Sudirman Bonaparte, mengatakan bahwa di era digital saat ini mau tidak mau RRI harus ikut berkiprah didalamnya. RRI yang saat ini memiliki 59 Stasiun Penyiaran, 14 Studio Produksi, 1 Stasiun Luar Negeri yaitu Voice of Indonesia serta 3 unit kerja penunjang yaitu Pusat Pemberitaan, Satuan Pengawasan Intern dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Radio adalah sebuah pondasi yang kuat. Apa yang dimiliki oleh RRI ini, akan mudah untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai radio publik.

Ketika ditanyakan bagaimana RRI menyikapi perubahanan percepatan teknologi di era digitalisasi saat ini, Sudirman menjelaskan bahwa saat ini pendengar RRI tidak hanya bisa menikmati siaran RRI lewat terrestrial saja. Tapi lewat radio play, RRI  sudah bisa di akses lewat android ke 170 channel RRI di seluruh Indonesia.

Saat ini RRI baik Pro 1, Pro 2, Pro 3 Jakarta serta Pusat Pemberitaan, Siaran Budaya dan Voice of Indonesia sudah lewat siaran DEB (Debian/ paket aplikasi). Sehingga pendengar bisa menikmati siaran RRI sepertinya layaknya berada di studio. Termasuk juga yang sedang dicoba pengembangan lewat radio net, dimana pendengar bisa menyaksikan aktivitas yang sedang bersiaran.

- Advertisement -
Menyalin
Baca Juga :  Tiket Murah Dihapus, Terpengaruhkah Bisnis wisata?

Sejalan dengan hal tersebut, Sys NS yang besar di dunia radio, memberi tanggapan bahwa untuk bisa bersaing, RRI perlu meningkatkan kemampuan SDM profesional yang kreatif dalam menghasilkan program siaran dan handal untuk memenangkan persaingan antar media, khususnya dengan stasiun radio swasta. “Khalayak sekarang ini memiliki pola konsumsi media sesuai dengan aktivitasnya. Mereka adalah orang-orang dengan mobilitas tinggi karena tuntutan pekerjaan atau lainnya, dan sebagian besar dari mereka merupakan orang muda,” ujar Sys.

Dilanjutkannya lagi, bahwa RRI tinggal fokus pada konten serta gaya penyiaran, khususnya pendekatan bahasa yang sama untuk selalau bisa diakses oleh generasi muda, yang merupakan generasi digital. “Harus ada reformasi dalam bentuk penyiaran, baik SDM, cara penyiaran dan hal terkait lainnya,” ungkapnya kembali.

RRI saat ini telah mendapatkan Peraturan Pemerintah tentang penerimaan negara bukan pajak. Sehingga jasa penyiaran RRI akan masuk ke dalam kas tersebut. Berbicara soal potensi, Sudiman mengatakan bahwa iklan radio saat ini mencapai sekitar 2% dari Rp. 130 triliun atau setara Rp 2,6 triliun. Artinya RRI harus bisa mengantongi sekitar Rp. 231 miliar dari kue iklan tersebut.

Guna mencapai target tersebut, RRI akan memaksimalkan alokasi 15% dari waktu siaran untuk iklan. Dari persentase tersebut, 30% harus peruntukkan untuk iklan layanan masyarakat. Jadi, total waktu iklan per radio dalam sehari adalah sekitar 120 slot. Bila dikali 231 radio, maka ada 27.720 slot iklan tersedia di seluruh Indonesia. “Kami tidak mau muluk-muluk. Target penerimaan negara bukan pajak dari siaran RRI tahun ini setidaknya bisa mencapai Rp. 55 miliar dan pada 2016 ditargetkan bisa menyentuh Rp. 70 miliar,” tutup Sudirman Bonaparte.

Saat ini dalam sehari RRI mengudara selama 5.435 jam. Rentang itu didukung oleh 231 programa di seluruh Indonesia dan RRI juga memiliki stasiun-stasiun relay yang berada di sekitar perbatasan dan daerah terpencil. XPOSEINDONESIA/ AM Foto: Muhamad Ihsan

More Pictures

Sudirman Bonaparte selaku Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha Radio Republik Indonesia, ketika memberikan keterangan mengenai perubahan dan kesiapan RRI untuk bersaing di era digital dalam acara “Temu Mitra dan Marketing Update 2016 RRI”, di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta (14/12/15)
Sys NS, yang juga merupakan penggiat dan pelaku siaran radio mengatakan bahwa untuk bisa bersaing, RRI perlu meningkatkan kemampuan SDM profesional yang kreatif dalam menghasilkan program siaran dan handal untuk memenangkan persaingan antar media, khususnya dengan stasiun radio swasta.
“Temu Mitra dan Marketing Update 2016 RRI” yang diselenggarakan di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta dihadiri oleh pulahan mitra RRI. Dalam kesempatan itu, selain mengungkap kesiapan RRI untuk bersaing dengan radio-radio swasta di Indonesia, RRI juga membeberkan kekuatan yang dimilikinya. Sehingga menjadikan RRI pantas untuk menjadi kekuatan terbarukan di era digital saat ini.
- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

- Advertisement -