Sabtu, Maret 22, 2025

Yon Koeswoyo Wafat

Koesyono Koeswoyo atau dikenal dengan nama Yon Koeswoyo (lahir di Tuban, Jawa Timur, 27 September 1940 – meninggal  hari ini (5 Januari 2018)  pada umur 77 tahun di  rumahnya di Pamulang, Tangerang Selatan. Penyanyi sekaligus gitaris anggota band legendaris Koes Plus (sebelumnya bernama Koes Bersaudara) ini meninggalkan empat orang anak   yakni, Gerry Koeswoyo, David Koeswoyo (dari pernikahan dengan Damiana Susi),  Kenas Koeswoyo dan Bela Aron Koeswoyo dari  pernikahan dengab Bonita Angela).


Yon  merupakan anak keenam dari Sembilan  bersaudara putera pasangan Raden Koeswoyo dan Rr. Atmini asal Tuban Jawa Timur. Masa kecil Yon dilalui di Tuban, Jawa Timur bersaudara saudara-saudaranya. Pada tahun 1952, keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti mutasi ayah  mereka yang berkarier hingga pensiun sebagai pegawai negeri di Kementerian Dalam Negeri. Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di Jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan.

Dalam formasi Koes Bersaudara  ( aktif dari 1960 – 1966 ) hingga Koes Plus dengan masuknya drummer Murry pada 1967, Yon Koeswoyo adalah penyanyi utama disamping memegang alat musik rhythm gitar. Sesungguhnya dalam Koes Plus,  hampir semua personil Yok, Tony, Muurry mendapat kesempatan bernyanyi. Namun yang paling dominan dan mendapat porsi menyanyi memang Yon.  Bisa dikatakan hampir 90 persen lagu hits Koes Plus yang kebanyakan diciptakan Tony Koeswoyo itu, menggunakan suara Yon. Simak pada “Derita” , “Manis Dan Sayang”, “Senja”, “Cintamu Telah Berlalu dan ratusan lagu Koes Plus dan Koes Bers lainnya

Selain menyanyi, Yon juga mengeluarkan kreativitasnya  dalam menulis lagu. Salah satunya terdengar dalam lagu berjudul “Hidup Yang Sepi”. Lagu itu lahir ketika Yon benar-benar sepi sebagai pria lajang tanpa kekasih. Di antara saudaranya, Yon termasuk yang telat menikah. Lihatlah bait lirik yang berusu jeritan hati yang ditulisnya :

Hidupku selalu sepi
Menjerit dalam hatiku
Ku hibur selalu diriku
Bernyanyi sedih dan pilu

Reff:
Matahari kan bersinar sayang
Mendung kan tertiup angin
Burung-burung kan bernyanyi sayang
Menghibur hati yang sedih
Hujan pun akan berhenti sayang
Alampun kan berseri

Bila saja telah tiba
Hatiku tambah sengsara
Tapi tetap ku bernyanyi
Walau malam telah sepi

Di luar lagu yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya itu,  ada pula lagu  ciptaan Tony Koeswoyo yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Yon.  Judulnya “Andaikan Kau Datang”. Menurut Wikipedia dalam pengakuannya kepada Kick Andy show di stasiun televisi MetroTV pada tahun 2008, terkuak bahwa cinta sejati Yon hinggap pada perempuan bernama Susy Nander.  Ia merupakan pemain drum band wanita Dara Puspita.  Sayangnya  ketika cinta sedang menyala-nyala, Dara Puspita harus melanglang ke manca negara. Cinta mereka akhirnya kandas karena harus berjarak.

Solo Album Sarat Kritik Sosial

Di tengah masa vakum Koes Plus, pada 1981 Yon sempat merilis album solo. Dengan seizin Tony ia mengeluarkan album bertajuk “Lantaran”. Yon dibantu oleh seorang pencipta lagu Harry Cahyono. Album produksi Sky Record ini berisikan materi 10 lagu. 8 di antaranya ditulis Harry Cahyono (Antara lain : “Lantaran”, “Senandung Malam”, “Jakarta”, dan “Tuan-Tuan”) dan dua lagu karya Yon Koeswoyo yaitu “Kota Sunyi” dan “Kesan”.

Sebagian besar lagu dalam album ini berisi kritik sosial yang disampaikan dengan bahasa abstrak dan tak mudah langsung dicerna. Tidak seperti karya-karya Koes Plus yang sekali dengar langsung dipahami maknanya. Peran Harry Cahyono dengan karya yang sarat kritik sosial ini berulang pada sekitar 27 tahun kemudian pada tahun 2008, melalui album solo Yon Koeswoyo berikutnya yang berjudul “Song of Porong”.

Saat itu popularitas Koes Plus sedang menurun pasca kematian Tonny Koeswoyo, kehidupan keluarga Yon juga sedang sulit. Untuk menghidupi keluarga, Yon mencoba hidup dengan usaha jual-beli mobil dan penghasilan dari menyewakan rumahnya.


Yon  yang pernah kuliah di Universitas Res Publica (sekarang Universitas Trisakti) Jakarta, jurusan Arsitektur pada tahun 1965 itu, menjadi satu-satunya keluarga Koeswoyo  yang terus aktif  mengibarkan band bendera Koes Plus. Sepeninggal Tony pada 1987, popularitas Koes Plus perlahan-lahan surut. Koes Plus  tetap tampil dengan  formasi Yon, Yok, Murry, plus personel pendukung yang berganti-ganti dari waktu ke waktu. Setelah itu muncullah album-album Koes Plus yang melibatkan musisi-musisi besar seperti Deddy Dores (ex Freedom of Rhapsodia), Abadi Soesman (eks God Bless), serta musisi-musisi handal lainnya.

Tahun 1991 Koes Plus digawangi oleh Yon, Yok, Murry, dan Angga Koeswoyo (putra Yok). Tahun 1992, Angga mengundurkan diri dan posisinya digantikan Abadi Soesman dan Jelly Tobing pada drum menggantikan Murry yang memilih beristirahat. Mulai tahun 1993 terjadi semacam kebangkitan bagi Koes Plus. Pada tahun 1993 itu band ini kembali menggebrak publik tanah air dengan berbagai show come backnya yang digagas oleh Ais Suhana, mantan manajer Koes Plus. Ia tergerak untuk menyatukan kembali Koes Plus pada tahun 1993. Murry pun kembali mengisi formasi sebagai drummer Koes Plus. Dari rangkaian tour show itu terlihat bahwa band ini masih memiliki begitu banyak penggemar setia yang merindukan masa keemasan mereka. Terbukti dengan membludak dan suksesnya show Koes Plus walaupun tiket yang dijual begitu mahal pada awalnya.

Pada 1994, bersama dengan Damon Koeswoyo (putera Tonny Koeswoyo), mereka merilis album “Tak Usah Kau Sesali“. Namun Damon tak bertahan lama, ia mengundurkan diri tahun 1995 dan posisinya digantikan oleh Najib Usman. Yok sempat mengundurkan diri pada tahun 1996, dan oleh Yon posisinya digantikan oleh Hans “B-Flat”. Tahun 1997 Najib Usman mengundurkan diri. Posisinya digantikan oleh Deddy Dores dan Yok Koeswoyo bergabung kembali ke dalam formasi Koes Plus.

Yok bergabung untuk beberapa waktu, sebelum kemudian mundur tahun 1997 karena alasan kesehatan. Posisinya digantikan oleh Jack Kashbie, dan Bambang Tondo menggantikan Deddy Dores yang turut mengundurkan diri. Tahun 1998 Posisi Bambang Tondo yang mengundurkan diri digantikan oleh Andolin Sibuea. Koes Plus digawangi Yon dan Murry plus dua pemain lain yakni Andolin Sibuea dan Jack Kashbie terus bernyanyi hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 Murry pun akhirnya mengundurkan diri bersama kedua personel lainnya itu karena perbedaan visi dan kesehatannya yang semakin menurun.

Akhirnya Yon menjadi satu-satunya keluarga Koeswoyo yang masih tersisa dalam Band Koes Plus. Yon kemudian merekrut para pemain muda yakni : Danang ex B-Plus (guitarist), Soni ex B-Plus (bassist), dan Seno (drumer ) untuk menggenapi formasi Koes Plus yang ia sebut sebagai Koes Plus Pembaharuan atau Koes Plus formasi milenium. Formasi ini masih eksis sejak tahun 2004 hingga saat ini. Rasa Koes Plus masih tetap terasa karena suara khas Yon menjadi salah satu unsur pembangun karakter Koes Plus. Kesuksesan perjalanan karier Koes Plus diakui para tokoh dan pengamat musik nasional sehingga mulai Agustus 1992 Koes Plus hampir selalu mendapat penghargaan BASF AWARD secara rutin.

Pada usia tua, Yon mulai banyak mengisi hari-harinya dengan berkebun dan melukis. Ia mulai intensif melukis sejak 2001, meski tidak ditujukan untuk komersil. Selain melukis, ia masih aktif mencipta lagu dan menyiapkan album baru Koes Plus formasi terakhir yang terus diusungnya hingga maut menjemput. XPOSEINDONESIA/ Foto : Dudut Suhendra Putra

More Pictures

Must Read

Related Articles