Jumat, Februari 21, 2025

G3N Project Menjadi Sorotan di ArtMoments 2024

Kecil Besar

Galeri seni G3N Project kembali mencuri perhatian di pameran seni tahunan ArtMoments 2024. Sejak pertama kali ikut serta tahun lalu, galeri ini terus menarik minat pengunjung dengan penampilan yang memikat dari para seniman terkenal maupun pendatang baru.

Tahun ini, G3N Project berkolaborasi dengan dua seniman maestro tanah air, Heri Dono dan I Gusti Ayu Kadek Murniasih, serta menampilkan karya-karya pop art kontemporer dari emerging artists Sherry Winata, Arkiv Vilmansa, dan Peter Rhian Gunawan, yang dikenal dengan karakter Redmiller Blood.

Pengunjung ArtMoments 2024 terpikat oleh warna-warni cerah dari karya-karya Sherry Winata, Redmiller Blood, dan Arkiv Vilmansa. Peter Rhian Gunawan, pencipta karakter Redmiller Blood, menjelaskan tiga karya terbaru yang dipamerkan di booth G3N Project. Salah satunya adalah lukisan berukuran 1,8 x 3 meter berjudul “Flight of the Bumblebee”. Dalam karya ini, Redmiller Blood digambarkan dalam tarian menggunakan kostum lebah dengan latar belakang bunga yang penuh warna.

“Bunga melambangkan kecenderungan masyarakat untuk mengejek mereka yang keluar dari zona nyaman dan mengeksplorasi usaha baru. Karya ini berfungsi sebagai pengingat bahwa setiap kali seseorang mencoba sesuatu yang baru, akan selalu ada individu yang siap menjatuhkan atau menertawakan usaha mereka,” jelas Peter dalam pembukaan ArtMoments di Hotel Sheraton Gandaria City Mal, Jakarta, Jumat (9/8/2024).

Peter Rhian Gunawan, seniman muda yang juga dosen Desain Komunikasi Visual (DKV), mengungkapkan bahwa karakter Redmiller Blood yang imut dan penuh warna tersebut juga menyimpan banyak kepedihan. “Karakter Redmiller Blood menampilkan kompleksitas pengalaman manusia dengan melihat sekeliling. Salah satu sumber inspirasinya adalah mahasiswa-mahasiswi saya,” kata Peter. Ia menambahkan bahwa Redmiller Blood mencerminkan banyak dari kita yang, meski dianggap kuat dan menyenangkan, sering mengalami kesulitan internal dan merasa rapuh.

Peter menggunakan karakter berambut merah ini sebagai representasi harapan. “Mata Redmiller adalah air mata pelangi. Selama kita tetap menjaga harapan dan keyakinan pada diri kita, semua masalah pada akhirnya akan terselesaikan dengan indah,” imbuhnya.

Sejak 2020 hingga 2024, karya seni Peter telah dipamerkan di berbagai pameran internasional, termasuk di Hong Kong, Shanghai, Korea, Australia, Madrid, New York, Jakarta, dan Singapura. Peter Rhian juga menjadi bagian dari Cross Studio Asia sebagai artis resmi.

Seniman pendatang baru Sherry Winata turut memperkenalkan karyanya yang unik dengan memadukan kanvas dengan kristal, glitter, flannel, dan resin, menciptakan efek dimensi yang menonjol. Sherry, yang tidak memiliki latar belakang seni formal, belajar secara autodidak melalui YouTube dan mengikuti berbagai kursus melukis. Ia juga mempelajari meditasi dan praktik shamanic pada 2017, yang mempengaruhi karyanya. “Saya percaya bahwa lukisan lebih dari sekadar kenikmatan visual; ia adalah alat untuk penyembuhan, kebangkitan, dan kenaikan,” ungkap Sherry, penulis buku “Art of Universe” dan “Healing Your Inner World”.

Booth G3N Project di ArtMoments 2024, yang terletak di area B5-B6, juga menampilkan karya-karya maestro seni Heri Dono. Salah satu karyanya, lukisan setinggi 3 x 4 meter berjudul “Trump Unity”, menarik perhatian publik. Heri Dono, seniman kelahiran Jakarta yang telah mengumpulkan berbagai penghargaan bergengsi, memamerkan karya instalasi seni bertema rekayasa genetik di Ju Ming Museum, Taiwan, bulan depan. Selain itu, Heri juga mempersembahkan pertunjukan seni berjudul “The Journey of Dinosaurs to Superheroes” dalam pembukaan ArtMoments 2024. Karya ini menggabungkan seni lukis dan instalasi dengan menggunakan tubuhnya sebagai kanvas, dipadukan dengan perangkat elektronik dan mekanik yang bergerak.

Heri menjelaskan, “Dalam karya ini, saya menampilkan video instalasi berupa gambar-gambar suasana purba, seperti dinosaurus dan superhero. Kedua elemen ini memiliki benang merah DNA yang sama.” Ia menambahkan bahwa kemajuan teknologi mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam seni. Karya “The Journey of Dinosaurs to Superheroes” menggambarkan perubahan DNA manusia seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Must Read

Related Articles