
Pameran Pengolahan dan Pengemasan akan berlangsung di JIExpo Kemayoran Jakarta pada tanggal 4 September – 6 September 2024. Pameran ini merupakan pameran Pengolahan dan Pengemasan makanan nomer 1 di Indonesia yang sangat dinantikan oleh pelaku usaha, karena kehadiran pameran ini sempat vakum sejak tahun 2015.
“Kami sangat senang untuk meluncurkan kembali ProPak di Indonesia,” ujar Meysia Stephanie Event Director PT Pamerindo Indonesia saat konferensi pers di kawasan SCBD, Jakarta, pada Selasa (15/8/2023).
“Pameran berskala internasional ini diadakan untuk memamerkan produk-produk unggulan yang inovatif yang dapat mendukung kebutuhan pasar pengolahan dan pememasan di Indonesia. Dan saya berharap pameran ini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi industri di Indonesia,” ujar Meysia Stephanie
Indonesia sebagai negara yang terus berkembang dan memfokuskan pada peningkatan manufaktur dan kemampuan pengemasan membuatnya menjadi lokasi ideal untuk acara seperti ini. “Target kami adalah untuk menyediakan platform dimana industri profesional dapat menjelajahi inovasi terbaru, bertukar pengetahuan, dan menjalin hubungan bisnis yang berarti,” lanjut Meysia Stephanie.
Di tengah acara muncul pula tiga naasumber membicarakan tentang perkembangan pengolahan dan pengemasan makanan dan minuman, yakni Yunawati Gandasasmita (Food Regulation Commite GAPMMI), Ariana Susanti (Business & Development Director IPF) dan Rahmat Hidayat Ketum Perkumpulan Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin)
Sebagai negeri berkembang dengan pasar yang dinamis, industri teknologi minuman di Indonesia sedang mengalami masa yang dinamis dan menarik. Dengan munculnya pengiriman minuman secara online untuk mendukung kemajuan, ProPak Indonesia menghadirkan zona fokus kepada teknologi minuman guna membidik pasar. Dengan dukungan dari pemerintah, asosiasi serta perusahaan utama, ProPak akan membawa para pemain kunci dalam industri ini untuk berbagi produk dan pengetahuan mereka di ProPak Indonesia.
Pameran ini akan mencakup berbagai sektor, termasuk pengolahan makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, barang konsumsi, dan kemasan industri.
Di arena pameran, pengunjung dapat menemukan peserta yang menampilkan mesin, peralatan, material, solusi perangkat lunak, dan berbagai layanan yang berkaitan dengan pengolahan dan pengemasan. Selain itu pengunjung dapat berinteraksi dengan peserta pameran yang ahli di bidangnya dan dapat terlibat dalam demo kegiatan secara langsung, dan dapat memperluas wawasan kemajuan industri terbaru.
Selain peserta menampilkan produknya, pameran juga akan menampilkan serangkaian seminar informatif dan diskusi panel yang dihadiri oleh para ahli di industrinya.
Sesi ini akan mencakup berbagai topik termasuk praktik pengemasan lanjutan, otomatisasi dan digitalisasi dalam pengolahan, tren yang muncul dalam desain kemasan, dan optimasi rantai pemasok. Pengunjung akan berkesempatan untuk mendapatkan pengetahuan berharga dan tetap mengikuti perkembangan industri terbaru.
Masalah Klasik : Limbah
Dalam acara launching pameran Propak Indonesia ini muncul juga isu tentang pengolahan limbah makanan dan minuman. Salah satunya limbah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Menurut Rahmat Hidayat, tekanan terhadap AMDK ini sempat luar biasa di tahun 2017-2018. “Alasannnya limbah AMDK jika hanyut di sungai mengapung dan kelihatan, dan tidak tenggelam.”
Masalah terbesar dari limbah AMDK memang pada penanganan waste management. Kalau dilihat, menggunakan angka, menurut Rahmat Hidayat, konsumsi plastik di Republik Indonesia berkisiar 20 kilogram per kapita per tahun. Sementara di Malaysia, Thailand, Filipina, konsumsi per kapitanya di atas 40 kilogram per tahun. Sedangkan Jepang, Korea Selatan, Amerika malah lebih banyak lagi, sekitar 100 kilogram, per kapita per tahun.
”Pertanyaannya, kalau yang menjadi masalah adalah konsumsi dan produksi, siapa yang paling bermasalah? Pasti jawabannya adalah mereka. Tapi pada kenyataannya mereka malah tidak bermasalah di soal limbah,” ungkap Rahmat. “Karena ketika Tokyo kebanjiran, airnya yang menggenang di stasiun dan pasar seperti di kolam renang. Bening dan tidak ada pastik mengapung,”ujar Rahmat