Di Sumbersari sendiri, menurut Kepala Puskesmas Sumbersari, Fenny Prilianti, terdapat 24 balita stunting. “Ini hasil penimbangan balita terakhir, tapi kami masih mencari tahu apa faktor penyebab dominan dari keadaan tersebut, apakah pola asuh atau lingkungan,” kata Fenny.
Oleh karena itu, Fenny menyambut baik gerakan HaloPuan bersama Aisyiyah Jawa Barat ini. “Kegiatan ini membuat masyarakat lebih bisa berperan dalam menangani stunting, apalagi kegiatan ini disampaikan secara bersahabat dan menyampaikan gagasan yang mudah dan murah (bubuk daun kelor—red),” katanya.
Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Sejahtera, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Bandung, Ella Alfaha, menjelaskan bahwa faktor dominan keadaaan stunting di Kabupaten Bandung adalah faktor perilaku dan lingkungan. Di antaranya, masih tingginya angka pernikahan dini. Menurutnya, meskipun undang-undang membolehkan perempuan menikah di usia 19 tahun, usia nikah ideal bagi remaja putri adalah 20 sampai 25 tahun.
“Kabupaten Bandung termasuk lima besar dalam persoalan stunting di Jawa Barat,” katanya. “Kami berkomitmen bisa menurunkan angka stunting di Kabupaten Bandung hingga 17 persen (dari 31,1 persen) pada 2024.”
Camat Ciparay, Heri Mulyadi, mengakui 14 desa di Kecamatan Ciparay masih memiliki angka stunting. “Mudah-mudahan, dengan kegiatan ini, kaum ibu, terutama ibu hamil, bisa memperoleh manfaat,” ujarnya. XPOSEINDONESIA-Foto Dudut Suhendra Putra