Budayawan dan Seniman selalu Mengambil Jalan Keindahan. Tidak Peduli dengan Kekuasaan

- Advertisement -

Ia kemudian mengambil contoh dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar atau dalam buku Pramudya Anantatoer,  “Pemberian kata Aku memiliki dua arti: aku tentang diri  sendiri atau yang bernakna kolekvitas,”  ujarnya

Taufik Rahzen  juga menambahkan,  bagi para Kalangwan,  keindahan adalah bagian dari tempat mereka berada. Meskipun berbeda-beda, bagi Kalangwan kebenaran selalu satu.

“Dari dulu masyarakat Nusantara selalu bertegangan antara dua ini. Antara kekuasaan dan agamawan. Para budayawan dan seniman selalu mengambil jalan keindahan. Tidak terlalu peduli dengan kekuasaan,” kata Taufik.

- Advertisement -

Ada Pelukis Kritis dan Kompromistis

Mengenai sikap dan karya-karya yang dilahirkan oleh WS Rendra maupun Hardi, menurut wartawan senior Bre Redana, tidak terlepas dari pengaruh perguruan silat tempat mereka berlatih, yakni Perguruan Bangau Putih.

Di mata Bre Redana, Hardi adalah seorang pelukis yang kritis sekaligus kompromistis. “Dia bisa memaki-maki pemerintah, tetapi bisa menjual lukisannya kepada orang yang dimaki-maki,” kata Bre.

- Advertisement -

Sedangkan WS Rendra banyak memasukan pengaruh perguruan Bangau Putih yang menerapkan filsafat Taoisme. “Drama Mas Willlly Kisah Perjuangan Suku Naga,  tokoh-tokohnya adalah personifukasi suhu Subur Rahardja, yang menikah dgn wartawan Amerika Louise Ansberry.”

Perupa Arahmaiani mengatakan, WS Rendra adalah orang yang sangat mempengaruhi sikap dan pola pikirnya. Setelah ia dipenjara dan dikeluarkan dari ITB tahun 1983, ia bertemu WS Rendra.

“Waktu mau tidur saya dikasih dua buku oleh Mas Willy. Salah satunya Kitab Pararaton. Saya tertarik tentang budaya dan tradisi. Apalagi jaman Diktator Soeharto saya melihat tradisi budaya Jawa dipelintir oleh penguasa,” kata wanita perupa ini.

“Tahun 94 saya pameran di tempat Ray Sahetapy. Ada sekelompok orang datang mengatakan darah saya halal. Karena karya saya Lingga Yoni. Akhirnya saya harus melarikan diri, karena kelompok semacam ini tidak bisa diberi penjelasan,” tambah Arahmaini,  sambil menyebut “yang bisa mempersatukan kelompok-kelompok saat ini, hanya isu tentang lingkungan. Isu lain masih sulit!” XPOSEINDONESIA – Foto Dudut Suhendra Putra

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -