Merawat Budaya, Menjaga Pusaka
Mira Arismunandar, pendiri, dan penggerak Sanggar Seni Gema Citra Nusantara (GCN) yang kerap membawa tari tradisi Indonesia ke kompetisi tari dunia, dan selalu memenangkan penghargaan, baik untuk menduduki posisi utama maupun posisi tiga besar itu, merasa sangat berterima kasih kepada ayahandanya, Wiranto Arismundandar .
“Karena beliaulah yang memperkenalkan saya pada dunia tari, sejak saya kanak-kanak!” ungkap Mira dengan suara tersekat haru
Mira yang dipromotori oleh Bens Leo untuk meraih penghargaan ini, menyebut, “Kemampuannya dalam menari sejak kecil telah memberikan akses untuk terus memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri lewat tarian, sekaligus bisa pula menurunkan ilmu kepada generasi muda. Agar mereka tetap cinta dengan budaya lokal!”
Sementara Djaduk Ferianto mengkritik kenyataan yang ada di masyarakat bahwa koleksi lagu daerah yang terkenal dari masa ke masa, tidak pernah berubah.
“Lagu daerah yang kita kenal dari dulu, ya lagu yang itu-itu saja. Lagu ‘Ampar-Ampar’ dari Kalimantan atau ‘Angin Mamiri’ dari Sulawesi. Padahal, lagu lain juga banyak. Dan rata-rata memiliki kedalaman makna, dan nasihat bijak!”
Karena itu, Djaduk bukan hanya mengkritik tapi mengambil inisiatif untuk mengumpulkan lagu daerah kemudian direkam ulang dalam album Sesaji Nagari. “Beberapa lagu daerah saya kulik, dan saya aransemen ulang, dengan mendekati rasa yang disukai anak muda sekarang!”
Hengki Herwanto mengaku merasa surprise menerima Anugerah Mitra Perpustakaan. Secara merendah ia menyebut, karena apa yang dilakukannya dalam MMI sebenarnya sederhana, yakni hanya menghimpun dan merawat karya rekam musik dari pemusik di Indonesia, sejak tahun 2009.
“Kelebihan kami mungkin karena sebagian besar koleksi yang kami miliki, baik berbentuk kaset, cd atau plat merupakan sumbangan dari masyarakat. Ada sebagian kecil yang kami beli dari pasar loak,” ungkap Hengki.