Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) bertekad mewujudkan tiga target dari kolaborasi dua sektor yakni pariwisata dan ekonomi kreatif.
Tiga target yang dimaksud yakni, pariwisata sebagai penghasil devisa nomor satu di tanah air, produk ekonomi kreatif Indonesia menjadi terbaik di kawasan ASEAN, dan menjadikan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai sumber kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
“Pariwisata dan ekonomi kreatif akan menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat secara berkelanjutan atau sustainable source welfare,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabadan Parekraf) Wishnutama Kusubandio dalam acara ‘Ngopi Bareng Mas Tama dan Mbak Angela’ di _Oeang Coffee Roastery, M Bloc Space.
Menparekraf Wishnutama, mengatakan, ke depan pariwisata akan jauh lebih maju manakala didukung bidang kreatif atau sebaliknya. Ia memberikan contoh Kota Ambon, Maluku, yang ditetapkan sebagai Kota Musik akan sangat maju apabila didukung dengan infrastruktur, ekosistem pariwisata di antaranya dengan menciptakan event-event yang kreatif sehingga mendatangkan banyak wisatawan ke Ambon.
Event pariwisata dan ekonomi kreatif, menurut Wishnutama, keduanya saling mendukung sehingga ke depan di antara banyak event pariwisata yang ada di tanah air akan dipilih, kemudian dipoles dengan kreativitas sehingga menjadi event spektakuler yang akan mendatangkan banyak wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.
Kreativitas dalam mengembangkan pariwisata, akan difokuskan pada 10 destinasi prioritas termasuk di dalamnya 5 destinasi super prioritas yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Borobudur, Mandalika dan Likupang. Tahun depan, 5 destinasi super prioritas ini diharapkan akan menjadi daya tarik baru sekaligus kebanggaan Indonesia.
Wishnutama menambahkan, sinergitas pariwisata dan ekonomi kreatif juga diwujudkan dalam mengembangkan restoran Indonesia di luar negeri. “Restoran Indonesia di luar negeri tidak sekadar menjual makanan saja, namun menjadikan ‘jendela’ untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Indonesia,” katanya.