Jumat, Februari 21, 2025

Konferensi Pemberdayaan Perempuan Ke 2 di Industri Tourisme Resmi Dibuka di Bali

Kecil Besar

Event konferensi   pariwisata tentang Pemberdayaan  Perempuan di Industri Parekraf  di Asia Pasifik atau The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific resmi dibuka oleh Director for Regional Asia and the Pacific, Director of the Regional Department for Asia and the Pacific, UN Tourism, di Bali International Convention Center (BICC) Bali, Kamis (2/5/2024).

Pembukaan konferensi ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Director of the Regional Department for Asia and the Pacific, UN Tourism, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo; Union Minister of Hotels and Tourism Myanmar, Thet Thet Khine, Deputy Minister, Ministry of Tourism Maldives, Mariyam Nasheetha Nasheed; dan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra.

Dalam sambutannya, Harry Hwang mengapresiasi kesiapan Indonesia, terutama Provinsi Bali dalam menyelenggarakan pelaksanaan 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific di Bali pada 2-4 Mei 2024.

“Terima kasih Wamenparekraf dan Kemenparekraf atas semua dukungan kegiatan dan program pariwisata dan ekonomi kreatif Anda. Khususnya atas dukungan dan komitmennya dalam memberdayakan perempuan melalui pariwisata,” kata Harry.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo saat memberikan welcoming remarks dalam The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific di Bali International Convention Center (BICC) Bali, Kamis (2/5/2024), mengisahkan sosok Raden Ajeng Kartini, salah satu tokoh pahlawan wanita yang terkenal di Indonesia.

Sosoknya menjadi pahlawan wanita yang sangat berjasa dalam memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.

“Satu setengah pekan yang lalu, tepatnya pada 21 April, Indonesia merayakan Hari Kartini. Untuk menghormati salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, di mana ia juga menjadi simbol hak perempuan dan kesetaraan gender,” kata Wamenparekraf Angela.

Ia menyebut, ketika Kartini berusia 12 tahun, Kartini dipingit di rumah untuk mempersiapkan pernikahannya. Selama pengasingan, Kartini  terus belajar secara mandiri dan diam-diam mengembangkan minatnya pada bacaan politik dan feminis barat.

Hal tersebut ia lakukan agar dapat mengubah nasib dan masa depan perempuan agar bisa setara dan berkesempatan mengenyam dunia pendidikan, karena menurut Kartini perempuan menjadi sosok penting dalam membantun peradaban bangsa.

“Ada satu kutipan terkenal Ibu Kartini yang ingin saya bagikan kepada Anda di sini. Beliau berkata dalam Bahasa Indonesia, ‘Sampai kapanpun kemajuan perempuan itu menjadi faktor penting dalam peradaban bangsa’,” kata Wamenparekraf.

Menurut Angela, pemberdayaan perempuan bukan sekadar soal pencapaian kesetaraan dan hak asasi manusia. Namun dengan pemberdayaan perempuan bisa menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Penelitian dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa dengan mempersempit kesenjangan umum di pasar tenaga kerja, dapat meningkatkan PDB di negara-negara pasar negara berkembang sebesar 8 persen.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pengurangan kesenjangan gender, hasilnya akan lebih besar lagi, yaitu akan meningkatkan PDB di negara-negara tersebut rata-rata sebesar 23 persen.

“Penelitian pun menunjukkan bahwa dengan memberdayakan perempuan, maka sama dengan solusi iklim yang lebih baik dengan peran penting mereka dalam mengelola, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam. Hal ini juga mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi kerawanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk komunitas yang lebih aman dan sehat, dan tentunya, negara,” kata Wamenparekraf.

Wamenparekraf menyampaikan bahwa Indonesia berada di peringkat 87 dalam kesenjangan gender global, dan menurut riset Global Gender Gap tahun 2022, Indonesia baru mencapai 69,7 persen kesetaraan gender. Angka ini masih diperlukan naik sebagai upaya untuk menuju kesetaraan gender.

Must Read

Related Articles