“Langkah-langkah perbaikan tentu dapat kita lakukan saat bersama-sama melalui strategi kolaborasi lintas sektoral, mengingat 30 persen indikator menjadi tugas dan fungsi dari Kemenparekraf tapi 70 persen lainnya terkait tugas kementerian dan sektor lain, dan langkah strategis tersebut menjadi upaya bagi kita dalam memperkuat indikator pada TTDI,” ujar Dessy.
Kemudian, Pendiri Pusat Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (ITB) Myra P. Gunawan mengungkapkan raihan peringkat Indonesia dalam TTDI ini bisa menjadi landasan pengembangan dan penguatan infrastruktur penunjang di sektor parekraf Indonesia. “Ranking ini merupakan potential drivers to such development,” ungkap Myra.
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Geografi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. M. Baiquni, menambahkan pengembangan sektor parekraf ini harus dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. Sehingga kunjungan wisatawan bisa tersebar dengan lebih merata dan tidak hanya memusat di destinasi-destinasi wisata tertentu saja.
“Kita itu mulai mengalami overtourism di beberapa destinasi kawasan padat wisata seperti di Bali, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Kadang-kadang sampai terjadi kemacetan luar biasa dan ini persoalan yang perlu terus kita cari tata kelolanya,” ujar Baiquni. XPOSEINDONESIA Foto : Birkom Kemenparekraf