Ir Laksamana Sukardi Rilis Buku Baru Berjudul Pancasalah, Tipis Namun Tebal Isi

- Advertisement -

Ir Laksamana Sukardi, Menteri BUMN di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarno meluncurkan buku baru bertajuk “Pancasalah” di Bimasena Club, The Dharmawangsa, Jalarta Selatan, Selasa (30/8/2022) sore.

“Buku ini merupakan hasil pemikiran saya yang  dirangkum dari studi literatur dan berbagai  diskusi formal serta diskusi tidak formal  (diskusi kelompok whatsapp),” ungkap Laksamana Sukardi, kelahiran 1 Oktober 1956.

Pengalaman panjang Laksama menekuni bidang ekonomi sebagai  bankir profesional dan keterlibatannya dalam gerakan  reformasi 1998 di Indonesia,  serta mendapat tugas sebagai Menteri  Kabinet Gotong Royong Republik Indonesia (1999-2004,) yang bertanggung jawab dalam restrukturisasi ekonomi  dan dunia usaha di Indonesia,  “memberi kontribusi pemikiran yang saya tuangkan dalam buku  ini,” ungkap Laksamana lagi.

- Advertisement -

Judul “Pancasalah” atau  ‘Lima Kesalahan”  lahir dari pengamatan Laksamana Sukardi yang terjadi pada pembanguan Indonesia.  

Lima kesalahan itu terdiri  dari salah kaprah, salah lihat, salah asuh, salah tafsir, dan salah tata kelola.

“Dulu Indoesia lebih maju dari Tiongkok. Sekarang jarak kemajuannya antara langit dan sumur. Setelah itu kita masih disejajarkan dengan Korea Selatan dan Taiwan. Sebagai sama-sama macan kecil. Kini,  kita  malah disejajarkan dengan Vietnam, Kamboja, Bangladesh,” kata Laksamana.

- Advertisement -

Laksamana nampaknya gemas dengan kesulitan negara ini untuk maju. Bahkan terdegradasi dua kali. 

“Dan masih ada kemungkinan mereka akan meninggalkan kita, karena kita menganut Pancasalah,” tulisnya di buku itu.

Dalam peluncuran  buku ini, muncul pula pembicara lain yakni Menteri BUMN era SBY Dahlan Iskan, Akademisi Yudi Latif, dan budayawan Eros Djarot yang sekaligus menjadi moderator.

Budayawan yang dikenal pula sebagai politisi senior Eros Djarot, mengingatkan pentingnya membaca kembali preambule (pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Eros mengatakan hal itu untuk menjawab pertanyaan  dari peserta diskusi, mengenai solusi sederhana dari sisi kebudayaan untuk memperbaiki kondisi negara yang sedang tidak baik-baik.

- Advertisement -

Latest news

- Advertisement -

Related news

- Advertisement -