Sabtu, Februari 22, 2025

Lagu dan Lirik adalah Selera, Etika yang Utama

Kecil Besar

Tahun 1978, di Jakarta Selatan, digelar Festival Vokal Grup Amigos se Jabodetabek. Amigos adalah nama radio swasta di Kebayoran Baru.  

Dalam festival vokal grup ini,  tidak ada persyaratan harus menulis lagu sendiri, tapi ada satu kelompok vokal – CHASEIRO, (nama ini dibentuk dari intial pemainnya = Candra Darusman, Helmy, Aswin Sastrowardoyo, Eddy Hudioro, Irwan, Rizali Indrakesuma dan Omen) menyodorkan lagu karyanya berjudul ‘Pemuda’, tepatnya ciptaan Candra Darusman, sebagai Lagu Pilihan. 

Lagu ini  bisa dinilai sebagai ‘karya baru yang orisinal’ dari pecahan vokal. Lagu ‘Pemuda’ menjadi Lagu Terbaik, dan Chaseiro terpilih sehagai Vokal Grup Terbaik. Kemenangan Chaseiro mengantarnya masuk rekaman di Musica Studio’s, dengan first single ‘Pemuda’. 

Di jaman itu, tema lagu spirit pada gerak anak muda, atau lagu tema patriotik adalah barang langka, apalagi untuk single pertama. Tapi Chaseiro yang terdiri dari musisi dari Kampus UI ini justru kondang karena lirik dan melodi lagu ‘Pemuda’. Liriknya seperti ini :

Pemuda, kemana langkahmu menuju 

 Apa yang membuat engkau ragu 

 Tujuan sejati menunggumu sudah 

 Tetaplah pada pendirian semula

Dimana artinya berjuang 

Tanpa sesuatu pengurbanan 

Kemana arti rasa satu itu

Reff :

Bersatulah semua seperti dahulu 

 Liihatlah ke muka 

 Keinginan luhur kan terjangkau semua

Pemuda kenapa wajahmu tersirat 

 Dengan pena yang bertinta belang 

 Cerminan tindakan akan perpecahan 

 Bersihkanlah nodamu semua

Masa depan yang akan tiba 

 Menuntut bukanya nuansa 

Yang selalu menabirimu Pemuda

Menurut hemat saya, Candra Darusman telah membuat tafsiran tepat pada sikap pemuda (saat itu ), yang awalnya suka ragu, galau melangkah, rada apatis tapi Candra mengunci lirik dengan memberi spirit, menawarkan harapan.

 ‘Kebyar dan Kebyar’ , serta ‘Bendera’

Pada tahun 1980-an, nama Gombloh sangat kondang. Lelaki ceking asal Surabaya, bersuara lantang ini cakap memulis lirik dan melodi lagu. Kadang kontradiktif.

Ada lagu yang olok-olok ( ‘Tai Kucing Serasa Coklat” ), ada lirik bercanda ( ‘Di Radio’ ), lagu tema alam dan lingkungan ( ‘Lestari Alamku….’ ), tapi Gombloh menjadi sangat dikagumi karena superhitnya, ‘Kebyar dan Kebyar’. Lagu ini diarahkan pencipta (sekaligus penyanyinya),  sebagai Lagu Tema Cinta Tanah Air.  Melodinya indah, musiknya tanpa intro, Gombloh langsung menyanyi dengan suara di not tinggi. Sebagian lirik ‘Kebyar dan Kebyar’  begini :

Indonesia, merah darahku, putih tulangku, bersatu dalam semangatmu

Indonesia debar jantungku…..dst….Kebyar Kebyar, pelangi jiwa…..

‘Kebyar dan Kebyar’ liriknya sederhana tapi dahsyat. Mudah dicerna, tidak multi interpretatif. Gombloh membuat tafsir : merah = darah, putih = tulang. Bersatu dalam semangat…..’Kebyar dan Kebyar’ memiliki peran penting dalam industtri musik pop rekaman, karena lagu ini pernah seperti lagu pendamping ‘Indonesia Raya’ dalam event event penting kenegaraan. 

Menpora Adhyaksa Dault memberikan penghargaan buat Gombloh, pada perayaan Sumpah Pemuda di Istana Wapres Jusuf Kalla ( waktu itu ). Sepanjang yang kita tahu, ‘Kebyar dan Kebyar’ adalah lagu pop yang long lasting……panjang usianya, punya relevansi dengan jaman.

Bandingkan dengan lirik lagu ‘Bendera’ ciptaan Eross Chandra gitaris Sheila on 7, yang kukuh sekali dengan tema patriotik. ‘Bendera’ menjadi lagu hit ditangan dan tenggorokan Kikan  dari Cokelat ( saat itu ). 

Cokelat adalah band pop rock asal Bandung yang sakti dengan lagu-lagu ciptaan vokalis Kikan, tapi Produser Eksekutif Jan Djuhana dari Sony Music waktu itu, menyodorkan lagu ‘Bendera’ karya Eross Chandra, buat dinyanyikan Kikan dan diaransemen Cokelat. Kenapa tidak direkam oleh Sheila on 7? 

Eross menjawab, “Waktu itu dianggap nggak pas buat karakter musik Sheila on 7,” Dan ‘Bendera’ itulah lagu pertama Eross Chandra yang direkam oleh artis lain diluar Sheila, apalagi yang merekamnya band setangguh Cokelat. 

Must Read

Related Articles